Rabu 28 Aug 2019 18:52 WIB

Polri: Bentrok di Deiyai Dipicu Tuntutan Referendum

Setidaknya tiga orang meninggal akibat rusuh di Deiyai.

Rep: Arif Satrio/ Red: Teguh Firmansyah
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo.
Foto: Antara/Reno Esnir
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polri menyebut bentrok di Deiyai, Papua yang menewaskan seorang anggota TNI dipicu dari tuntutan penandatanganan referendum pada Bupati Deiyai oleh 150 pengunjuk rasa. Kegiatan tersebut berujung ricuh.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo mengatakan, 150 peserta itu kemudian diajak bernegosiasi oleh aparat TNI/Polri di lokasi. Namun, saat negosiasi berlangsung, bentrok pun pecah.

Baca Juga

"Muncul kurang lebih sekitar ribuan masyarakat dari berbagai macam penjuru dengan membawa senjata tajam dan panah, langsung melakukan penyerangan terhadap aparat keamanan," ujar Dedi di Ancol, Jakarta Utara, Rabu (28/8).

Dedi menyebut adanya dugaan keterlibatan kelompok kriminal bersenjata (KKB) dalam aksi tersebut. Imbas aksi tersebut, seorang personel TNI tewas dan lima personel Polri terkena luka panah.

Dalam bentrok ini, muncul pula kabar bahwa enam warga sipil tewas. Dedi tak mengonfirmasi kebenaran kabar tewasnya warga sipil tersebut. Namun, ia juga tak langsung membantah kabar tersebut.

"Menyangkut masalah adanya korban dari masyarakat sipil, itu belim terkonfirmasi kebenarannya, jadi informasi tersebut  masih terus akan dicek oleh Polda Papua," ucap Jenderal Bintang Satu itu.

Dedi menyebut, aparat kepolisian bersama TNI masih berupaya melakukan pengendalian terhadap massa dan terus mengimbau masyarakat melalui tokoh dan pemerintah setempat. "Saat ini diupayakan semaksimal mungkin supaya situasi kondusif di wilayah tersebut," ujar Dedi.

Kapolda Papua Irjen Pol Rudolf Rodja mengatakan, dalam insiden kerusuhan yang terjadi di Deiyai, Rabu (28/8) tercatat tiga orang meninggal dunia. Mereka yang meniggal tercatat dua warga sipil dan seorang anggota TNI AD.

"Tidak benar laporan tentang enam warga sipil yang tewas dan terluka dalam insiden tersebut. Yang pasti tiga orang meninggal dalam insiden tersebut, yakni dua warga sipil dan anggota TNI AD meninggal," kata Irjen Pol Rodja kepada Antara yang menghubungi dari Jayapura, Rabu (28/8) malam.

Dalam beberapa waktu terakhir, serangkaian aksi demonstrasi terjadi di berbagai Kota di Papua. Aparat TNI dan Polri diturunkan di tanah Papua. Hingga saat ini, akses Internet di Papua juga diblokir.

Aksi unjuk rasa sendiri dipicu lantaran tindakan rasisme yamg terjadi di Surabaya dan beberapa kota di Pulau Jawa. Pelaku rasisme masih belum diumumkan oleh polisi.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement