REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA – Musim kemarau yang masih terjadi di Tasikmalaya membuat Pondok Pesantren (Ponpes) Miftahul Huda, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, krisis air bersih.
Hujan yang tak kunjung turun membuat para santri harus berhemat dalam menggunakan air bersih, salah satunya dengan mengurangi jatah mandinya.
Salah seorang santri Ponpes Miftahul Huda, Keke (16 tahun) mengatakan, sejak sepekan terakhir dirinya harus mandi hanya sekali dalam sehari. Pasalnya, bak mandi di tempatnya mondok tak lagi tersedia air.
"Biasanya juga ikut guru mandi di rumahnya. Kamar mandi santri kosong airnya," kata dia, Rabu (28/8).
Menurut dia, air memang masih keluar meski sedikit. Namun, daripada untuk mandi, para santri di Ponpes Miftahul Huda lebih memilih menggunakan air untuk berwudhu. "Kita utamakan untuk wudhu," kata dia.
Salah seorang santri lainnya, Wila (18) mengatakan, kekeringan di pesantrennya telah terjadi beberapa bulan ke belakang. Namun, para santri kesulitan mandi terjadi sepekal belakangan.
Dia menyampaikan, kesulitan air bersih membuat para santri berebut untuk mandi. Sementara santri yang tak kebagian, terpaksa tak mandi. Itu pun, air yang keluar berwarna kekuningan.
"Kalau ingat mandi, kalau nggak ya sudah. Yang penting wudhu dan pakai parfum," kata dia sambil tertawa.
Dia berharap, pemerintah dapat membantu kekeringan yang terjadi di pesantennya. Dengan begitu, para santri di pesantren dapat kembali hidup bersih.
Alumni yang kini jadi salah satu pengurus Ponpes Miftahul Huda, Afif Samsul Arif (47) mengatakan, sumur yang ada di tempatnya menimba ilmu memang berbau dan berwarna kuning sejak lama. Namun, kondisi itu semakin lama semakin parah, apalagi ketika memasuki musim kemarau.
Namun untuk kebutuhan minum, pihak pesantren masih bisa menggunakan air dari sumur bor yang disaring lagi agar bisa jernih. "Yang penting tidak bau dan jernih kalau buat minum. Kekurangannya untuk wudhu, mandi, dan cuci," kata dia.
Salah satu pengurus pesantren lainnya, Iqbal Abdullah (32), mengatakan pihaknya sudah menggali dua sumur besar. Namun, air yang keluar belum terlalu banyak. "Kalau tidak ada air, tidak mandi dulu. Untuk wudhu kita ada air," kata dia.
Dia mengatakan, para pengurus pesantren juga berusaha mengambil air dari sumber, yang jaraknya bisa mencapai 2 kilometer. Namun air itu juga masih terbatas dan tak bisa memenuni kebutuhan seluruh santri.
Pasalnya, di Miftahul Huda sedikitnya terdapat 5.000 santri yang mondok. "Asumsikan saja satu orang kebutuhannya 100 liter per hari. Ketahuan kan kebutuhannya berapa," kata dia.
Polres Tasikmalaya Kota telah tiga kali menyalurkan air ke pesatren itu. Satu unit Armored Water Cannon (AWC) berkapasitas 6.000 liter air bersih diterjunkan setiap kali menyalurkan air di Ponpes Miftahul Huda.
Satu unit Water Cannon milik Polres Tasikmalaya Kota dikerahkan untuk mendistribusikan air bersih di Pondok Pesantren Miftahul Huda, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, Rabu (28/8).
Wakapolres Tasikmalaya Kota, Kompol Andrey Valentino, mengatakan penyaluran air bersih itu merupakan salah satu bentuk layanan polisi kepada masyarakat. Apalagi, saat ini banyak wilayah Tasikmalaya yang memgalami kekeringan.
"Kemarau yang cukup panjang ada beberapa titik yang dinilai kekeringan. Karena itu kita lakukan distribusi air bersih," kata dia.
Menurut dia, pihaknya akan terus melakukan pendistribusian air bersih selama dibutuhkan masyarakat. Ia juga telah memerintahkan jajarannya di polsek-polsek untuk ikut membantu menyalurkan air bersih ke lokasi terdampak kekeringan.
Selain itu, pihaknya juga berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) agar penyaluran air bersih yang dilakukan tepat sasaran. "Kita akan terus bantu semaksimal mungkin. Karena bukan di sini saja tapi beberapa titik wilayah," kata dia.