Kamis 29 Aug 2019 10:06 WIB

Survei: Mayoritas Polisi India Anggap Wajar Muslim Diserang

Satu dari tiga polisi India menganggap wajar menyerang Muslim yang sembelih sapi.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Polisi India berparade.
Foto: alarabiya.com
Polisi India berparade.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Sebuah studi menyatakan, polisi di India menunjukkan sikap bias yang sangat signifikan terhadap Muslim. Sebagian besar personel polisi yang diwawancarai mengatakan, mereka merasa Muslim cenderung melakukan kejahatan.

Laporan tersebut dirilis berdasarkan hasil survei terhadap 12 ribu personel polisi di 21 negara bagian India. Dalam survei tersebut, satu dari tiga polisi menganggap kekerasan massa yang menyerang Muslim di India terkait penyembelihan sapi merupakan hal yang wajar. 

Baca Juga

Laporan itu diterbitkan di tengah kekhawatiran Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan kelompok hak asasi manusia terhadap peningkatan pelecehan dan kekerasan kepada Muslim di India. Hal itu terutama setelah partai nasionalis Hindu, yakni Partai Bharatiya Janata, yang dipimpin oleh Perdana Menteri Narendra Modi mengambil alih kekuasaan pada 2014.

Laporan penelitian yang diberi judul, The Status of Policing in India Report: Police Adequacy and Working Conditions, menemukan 14 persen polisi yang disurvei percaya bahwa Muslim cenderung melakukan kejahatan. Sementara, 36 persen merasa anggota komunias agama punya kecenderungan melakukan hal yang sama. 

"Tiga puluh lima persen personel merasa (sebagian besar dan agak digabungkan) bahwa adalah wajar bagi massa untuk menghukum pelakunya dalam kasus penyembelihan sapi. Beberapa temuan itu sangat mengejutkan," ujar salah satu peneliti, Manjesh Rana, dilansir Aljazirah, Kamis (29/8).

Studi itu, penelitian menemukan 60 persen dari mereka yang disurvei percaya, migran dari negara lain lebih cenderung melakukan kejahatan. Rana mengatakan, survei itu bukan hanya persepsi polisi saja, tapi bisa juga menjadi persepsi masyarakat. 

"Kami tidak dapat benar-benar membuktikan prasangka yang mereka miliki, apakah itu memengaruhi pekerjaan mereka atau tidak, tetapi selalu ada peluang ini," kata Rana. 

Para peneliti menggambarkan, survei yang dilakukan selama satu tahun tersebut mencakup persepsi polisi tentang berbagai masalah. Termasuk kondisi kerja, sumber daya, dan hambatan untuk menyelidiki kejahatan. 

Hampir sepertiga dari responden mengatakan, tekanan dari politisi menjadi hambatan utama untuk menyelidiki kejahatan. Sementara mayoritas dari 72 persen mengatakan, mereka menghadapi tekanan politik dalam penyelidikan yang melibatkan orang-orang berpengaruh.

Studi itu, menemukan lebih dari sepertiga personel polisi lebih suka memberikan hukuman kecil untuk pelanggaran kecil daripada pengadilan hukum. Sementara satu dari lima polisi menyatakan, membunuh penjahat berbahaya lebih baik daripada pengadilan hukum.

"Empat dari lima personel percaya bahwa tidak ada yang salah dengan polisi memukuli penjahat, untuk membuat penjahat mengaku," ujar Rana. 

Sejak Partai Bharatiya Janata berkuasa, orang-orang Muslim di India kerap mendapatkan kekerasan karena persoalan daging sapi atau menyembelih sapi. Umat Hindu menganggap sapi merupakan binatang yang suci. Modi berulang kali mengatakan, pihak berwenang harus menghukum warga sipil yang melakukan kekerasan dengan motif melindungi sapi. Namun, para pengkritik mengatakan, pemerintahan Modi belum berbuat cukup banyak untuk menuntut para tersangka. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement