Kamis 29 Aug 2019 11:39 WIB

Kapolri Sebut Serangan di Deiyai Didalangi KKB Paniai

Mereka berkumpul dengan barisan demonstran sebelum melakukan serangan ke petugas.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Andi Nur Aminah
Kapolri Jenderal Tito Karnavian
Foto: Antara/Didik Suhartono
Kapolri Jenderal Tito Karnavian

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polri meyakini kelompok penyerang dalam insiden bersenjata di Distrik Deiyai, Papua Barat adalah militan bersanjata dari Paniai. Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, mereka berkumpul dengan barisan massa demonstrasi sebelum melakukan serangan terhadap petugas.

Bersama Tentara Nasional Indonesia (TNI), Polri kata Tito, akan memburu para kelompok yang dianggap berbahaya tersebut. Polri, kembali mengirimkan pasukan tambahan untuk mengontrol keamanan di wilayah tersebut. “Kita tahu, bahwa di sana ada kelompok bersenjata. Ini kelompok yang berasal dari Paniai. Mereka sembunyi di balik massa, dan melakukan penyerangan,” kata Tito saat disua di Mabes Polri, Jakarta Selatan (Jaksel), Kamis (29/8).

Baca Juga

Insiden bersenjata di Deiyai, Papua Barat meletus pada Rabu (28). Kejadian tersebut, menjadi insiden bersenjata kedua yang terjadi selama rentetan aksi turun ke jalan warga di Papua Barat, dan Papua, yang terjadi sejak Senin (19/8) lalu.

Sebelum di Deiyai, Polri dan TNI, Selasa juga melakukan kontak senjata dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Wamena, Papua, Jumat (23/8). Satu anggota KKB meninggal dunia dalam kejadian itu.

Namun berbeda insiden kontak senjata di KKB, kejadian di Deiyai berawal dari lanjutan aksi demonstrasi warga. Unjuk rasa warga setempat, berujung rusuh dan memakan korban jiwa di kubu keamanan.

Satu anggota militer gugur, dan lima anggota Polri dan TNI, pun luka-luka terkena serangan panah dan senjata tajam. Di pihak penyerang, kata Tito ada satu yang meninggal dunia, dan satu terkena peluru karet.

Namun terhadap penyerang yang meninggal itu, Tito menegaskan bukan akibat serangan petugas. “Anggota penyerang yang meninggal dunia karena panah di bagian belakang,” kata Tito.

Ia melanjutkan, keamanan dari Polri dan TNI, tak ada yang menggunakan senjata panah, pun parang. Karena itu, iya meyakini korban dari nonmiliter tersebut, disebabkan lantaran serangan yang dilakukan oleh kelompok penyerang sendiri. “Sehingga kita menduga, dia meninggal karena terkena panah dari penyerang,” sambung Tito.

Sedangkan peluru yang menyasar sipil, kata Tito memang berasal dari petugas. Akan tetapi, ia menerangkan, peluru tersebut adalah amunisi yang tak disiapkan untuk mematikan. “Ada petugas yang melakukan pembelaan diri. Saya dengar menggunakan peluru karet. Sehingga ada juga yang terkena bagian kakinya,” sambung dia.

 

Tito menambahkan, Polri maupun TNI menyesalkan insiden yang terjadi di Deiyai. Insiden tersebut kata Tito, terjadi ketika ia bersama Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto melakukan kunjungan di Papua dan Papua Barat, untuk berdialog meredam situasi di Bumi Cenderawasih. Tito mengatakan, selama safarinya ke Papua, dan Papua Barat, semua tokoh adat dan sejumlah pejabat daerah setempat saling setuju untuk tetap menjaga Papua dan Papua Barat dalam situasi yang aman dan kondusif.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement