Kamis 29 Aug 2019 13:26 WIB

Amnesty Desak Dunia Bantu Bangladesh untuk Rohingya

Bangladesh diminta tidak membatasi hak pengungsi Rohingya.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nur Aini
Pegungsi Rohingya refugees,  berjalan memasuki wilayah Bangladesh menuju kamp pengungsi di  Palang Khali, dekat Cox's Bazar, Bangladesh, (19/10/2017).
Foto: Jorge Silva/Reuters
Pegungsi Rohingya refugees, berjalan memasuki wilayah Bangladesh menuju kamp pengungsi di Palang Khali, dekat Cox's Bazar, Bangladesh, (19/10/2017).

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Amnesty International dalam laporannya menyebut para pengungsi Rohingya masih terjebak dalam kondisi yang sulit di kamp-kamp yang penuh sesak. Keadaan itu dirasakan mereka selama sekitar dua tahun setelah kampanye pembersihan etnis yang memaksa sekitar 700 ribu Rohingya melarikan diri dari Myanmar. Oleh karena itu, Amnesty International mendesak dunia internasional membantu Bangladesh mencapai solusi jangka panjang untuk pengungsi Rohingya.

"Saya tidak tahu bagaimana masa depan saya nantinya," kata salah seorang pengungsi Rohingya di Bangladesh, dilansir dari laman Amnesty International, Kamis (29/8).

Baca Juga

Dia juga memperingatkan soal 'generasi yang hilang' dari anak-anak Rohingya secara sistematis, di mana mereka ditolak menempuh pendidikan di Bangladesh. Mereka, para pengungsi Rohingya, juga mendokumentasikan perasaan putus asa dan ketidakpastian yang diungkapkan oleh banyak anak muda di kamp-kamp.

Terkait itu, Amnesty International menyerukan pemerintah Bangladesh untuk mencabut pembatasan yang membatasi hak-hak pengungsi. Organisasi itu juga menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mendukung Bangladesh menemukan solusi jangka panjang untuk membantu para pengungsi Rohingya membangun kembali kehidupan mereka.

"Banyak orang yang kami ajak bicara, mereka telah menghabiskan hampir dua tahun di tempat penampungan sementara yang tidak mendapatkan perlindungan ketika terjadi banjir monsun atau kenaikan suhu," kata Direktur Asia Selatan di Amnesty International, Biraj Patnaik.

Patnaik menambahkan, ada bahaya yang sangat nyata terhadap anak-anak pengungsi Rohingya. Dia mengkhawatirkan hilangnya generasi dari Rohingya. Di sisi lain, pemerintah Bangladesh menolak untuk menerima bahwa pengungsi Rohingya kemungkinan tidak dapat kembali ke Myanmar untuk beberapa waktu.

Pemerintah Bangladesh juga membatasi kehidupan Rohingya, termasuk menolak hak anak-anak atas mendapat pendidikan berkualitas. Bahkan mereka yang telah tinggal di Bangladesh selama beberapa dekade masih tidak dapat mengirim anak-anak mereka ke sekolah atau bergerak dengan bebas.

"Serta tantangan sehari-hari yang tercipta akibat kondisi sulit di kamp-kamp. Banyak orang tidak mendapatkan peluang dan masa depan mereka berada dalam ketidakpastian," katanya.

Dengan situasi Rohingya di Myanmar yang masih memprihatinkan, Amnesty International menyerukan kepada pemerintah Bangladesh untuk melihat lebih jauh dengan melakukan tindakan darurat dan mengembangkan solusi jangka panjang untuk menghormati dan melindungi hak-hak pengungsi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement