REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemprov Jabar, terus mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan baik. Termasuk, menyiapkan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang berhadapan langsung dengan dunia industri.
Menurut Ridwan Kamil, jika Indonesia dan Jawa Barat ingin menjadi hebat, harus memenuhi tiga syarat yaitu pertumbuhan ekonomi dijaga pada angka minimal 5 persen, demokrasi kondusif, dan milenial atau Gen Z yang kompetitif.
Ridwan Kamil mengatakan, mengembangkan dan merevitalisasi pendidikan vokasi atau SMK merupakan salah satu upaya menyiapkan SDM Jabar yang berkualitas. Hal itu juga sesuai dengan arahan presiden bahwa fokus pembangunan di 2019 adalah peningkatan kualitas SDM utamanya melalui vokasi.
Tujuan revitalisasi lembaga vokasi adalah kecocokan alias link and match dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). Misalnya dengan mendorong jurusan yang menjadi tren seperti jurusan kopi dan animasi, fokus kepada praktek, serta mendorong fleksibilitas sekolah dalam menyusun kurikulum bersama DUDI.
Terkait banyaknya jumlah pengangguran yang disumbang SMK, Ridwan Kamil mengatakan, masalah tersebut dipengaruhi empat hal yakni laju ekonomi yang melambat, lulusan tidak punya fighting spirit, kurikulum tidak up to date, serta tidak adanya hubungan baik dengan industri.
"Jadi, diperlukan upaya bersama untuk menghadirkan iklim investasi yang baik agar industri terus tumbuh sekaligus membangun keselarasan antara kurikulum sekolah dan industri," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil di Gedung Sate Kota Bandung, Kamis (29/8).
Selain itu, menurut Emil, diperlukan juga pendidikan karakter untuk membentuk lulusan yang punya spirit berjuang sesuai cetak biru generasi unggul Jabar Masagi. "Hari ini kita ingin semangat baru, kita buktikan 2045 negara Indonesia jadi adidaya," kata Emil.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Dewi Sartika, 'link and match' SMK dan perusahaan merupakan langkah kerja kolaboratif antara pihak SMK di Jabar, Dinas Pendidikan Jabar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, serta pihak industri/perusahaan. Pada tahun 2018, Pemerintah Daerah Provinsi (Pemdaprov) Jabar juga telah melakukan pilot project kurikulum kopi di SMK PPN Tanjungsari sebagai contoh 'link and match' di saat kopi Jawa Barat menjadi tren di dunia.
Capacity building yang digelar bersama PT Astra International TBK pada acara 'Capacity Building SMK Bisa: Link & Match dengan Industri Jawa Barat' di Gedung Sate pun menjadi implementasi dalam langkah kolaborasi dan inovasi yang diarahkan Emil.
Jawa Barat memiliki 2.950 SMK, 9,6 persen di antaranya adalah SMK negeri, dengan kurang lebih 110 kompetensi keahlian. Hal itu merupakan peluang serta potensi yang sangat strategis untuk bekerja sama dengan dunia industri.
"Sebagian besar (SMK) dikelola swasta, sekitar 735 membuka teknik kendaraan ringan otomotif, hari ini hadir 300 guru produktif berasal dari SMK negeri dan swasta di Jawa Barat," kata Dewi.
Sementara untuk langkah revitalisasi SMK, kata dia, dilakukan dari aspek kelembagaan, kurikulum, dan kerjasama. Selain itu, program magang guru juga dilakukan agar terpenuhinya guru produktif yang kompeten termasuk guru tamu dari praktisi.
"Dengan begitu sekolah vokasi mampu meningkatkan SDM dan kompetensi melalui lembaga sertifikasi profesi. Tidak cukup memiliki ijazah, tapi kompetensi dengan sertifikat kompetensi," kata Dewi.