REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mabes Polri menambah pasukan pengamanan di Papua dan Papua Barat. Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan, sebanyak tiga satuan setingkat kompi (SSK) dari korps kepolisian diberangkat ke tiga wilayah.
Penambahan tersebut setelah insiden kerusuhan yang menelan korban jiwa terjadi di Distrik Deiyai, Papua Barat, Rabu (28/8). “Kita kirim pasukan sebanyak 300 orang (tiga SSK),” ujar Tito di Mabes Polri, Jakarta Selatan (Jaksel), Kamis (29/8).
Tiga ratus personel tersebut akan mempertebal pengamanan di Deiyai dan Paniai, sedangkan satu SSK dikirimkan ke Jayapura. “Di Jayapura juga sudah dikirim penambahan pasukan dari korps Brimob,” sambung Tito.
Penambahan pasukan ini menjadi yang kedua kali selama gelombang massa turun ke jalan pecah di kota-kota utama Papua Barat, dan Papua. Sejak Senin (19/8), secara bertahap kepolisian mengirimkan personel tambahan sebanyak 13 SSK ke kota-kota yang terjadi kerusuhan.
Personel keamanan dari Polri tersebut juga melibatkan satuan Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk pengamanan. Namun penambahan pasukan pengamanan sejak pekan lalu, tak membuat Papua dan Papua Barat semakin kondusif.
Sebaliknya, aksi gelombang massa yang berujung kerusuhan terus terjadi. Pada Rabu (28/8), di Distrik Deiyai kerusuhan pecah antara pihak yang dituding kelompok kekerasan bersenjata (KKB) dengan TNI-Polri.
Satu anggota TNI gugur dalam kerusuhan tersebut, dan dua serdadu lainnya mengalami luka-luka. Tiga anggota Polri pun mengalami luka-luka akibat serangan dengan anak panah.
Di pihak penyerang pun dipastikan ada satu yang meninggal, dan satu terkena peluru karet. Namun, Tito menegaskan, yang meninggal dari pihak penyerang bukan karena senjata Polri atau TNI, melainkan karena anak panah kelompok penyerang petugas keamanan yang salah sasaran.