REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Kepala Badan Karantina Pertanian (BKP) Kementerian Pertanian Ali Jamil melepas ekspor perdana komoditas pisang kepok asal Kalimantan Barat ke Malaysia. "Alhamdulillah, hari ini bersama-sama kita menjadi saksi untuk ekspor perdana buah pisang Pontianak. Ke depan, perlu terus dijaga masa tanam dan panennya agar tetap terjaga kualitas, kuantitas dan kontinuitasnya. Ini kunci masuki pasar ekspor," ujarnya di BKP Kelas I Pontianak, Jumat (30/8).
Jumlah ekspor pisang yang dilepas tersebut sebanyak 10 ton. Nilai ekonominya Rp 85 juta dengan tujuan negara tetangga, Malaysia. Jamil menyampaikan potensi produksi buah pisang di Kalbar cukup tinggi. Tahun lalu Kalbar berkontribusi memproduksi buah pisang sebesar 0,64 persen dari prosentase produksi nasional atau sebesar 44.462 ton.
“Selama tahun 2018 tersebut Kalbar telah mengirimkan buah pisang sebanyak 1.594 ton ke daerah lain di Indonesia. Namun buah pisang tersebut belum mampu untuk di ekspor ke luar negeri,” tambah Jamil.
Ia menyebutkan sejumlah instruksi Menteri Pertanian untuk mendorong ekspor pertanian. Instruksi yang ada tersebut pihaknya tuangkan dalam lima terobosan kebijakan strategis. “Kita mendorong peningkatan volume, frekuensi, tumbuhnya produk pertanian dan negara ekspor baru dan juga pelaku usaha baru terlebih dari generasi baru. Salah satunya adalah program agro gemilang yang digagas awal tahun ini,” kata dia.
Sementara itu, Kepala Karantina Pertanian Pontianak, Dwi Susilo menjelaskan melalui program agro gemilang pihaknya bersama dengan instansi terkait khususnya Dinas pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalbar dan juga eksportir berhasil melakukan peningkatan kualitas buah pisang sehingga dapat di ekspor secara langsung.
“Selaku otoritas karantina, kami menjadi penjamin kesehatan dan keamanan buah pisang yang diekspor yang ditandai dengan terbitnya sertifikat kesehatan tumbuhan atau phytosanitary certificate (PC) sesuai dengan persyaratan negara tujuan,” jelas dia.