REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi Cepat Tanggap (ACT) kembali mengirimkan bantuan ke Yaman. Sejak Juli lalu, ACT menyuplai bantuan kemanusiaan berupa paket pangan untuk puluhan keluarga di Sana’a, Yaman. Bantuan tersebut kembali didistribusikan pada pekan ketiga bulan Agustus ini.
Konflik masih terus berkecamuk di sudut-sudut Kota Sana’a. Menurut laporan Reliefweb, sejak April lalu salah satu jalur menuju kota Sana'a ditutup akibat perang di wilayah Qa’atabah, Provinsi Al Dhale’e.
Karena perang tersebut, bantuan kemanusiaan sangat sulit menembus wilayah tersebut sehingga harus mencari jalan alternatif untuk memberikan bantuan kemanusiaan. Di Sana’a pula sejumlah orang masih bertahan.
“Paket pangan terdiri dari bahan makanan pokok, antara lain gula, tepung, minyak, beras, dan kacang-kacangan,” uar tim dari Global Humanity Response (GHR) – ACT, Andi Noor Faradiba dalam keterangan yang didapat Republika.co.id, Jumat (30/8).
Faradiba juga menyebut ada 50 keluarga yang terjangkau bantuan paket pangan kali ini. Mereka adalah masyarakat Sana’a yang terdampak serangan pada Ramadan lalu.
Berdasarkan asesmen terakhir yang dilakukan Reliefweb pada Desember 2018 lalu, 20,2 juta atau sekitar 76 persen populasi di Yaman menghadapi ancaman kehidupan karena berkurangnya suplai bantuan kemanusiaan.
Hal itu disebabkan penutupan rute-rute menuju sejumlah wilayah di Yaman. Penutupan itu memperlambat pengiriman suplai kemanusiaan. Masih menurut situs yang sama, perjalanan dari Aden menuju Sana'a bisa menempuh empat kali lebih lama dari biasanya.
Konflik telah memicu keruntuhan ekonomi di Yaman. Hal itu semakin memperburuk krisis keamanan pangan. Tingkat pengangguran juga melonjak, membuat makanan pokok tidak terjangkau bagi banyak orang Yaman.