REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Center of Reform on Econommics Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, menuturkan, faktor pendorong konsumsi masyarakat kelas menengah ke bawah mulai berkurang seiring penyaluran bantuan sosial yang cenderung melambat. Hal itu karena bansos telah banyak dikeluarkan pada semester pertama tahun ini.
Konsumsi masyarakat kelas menengah ke atas menjadi tumpuan satu-satunya untuk bisa menyelamatkan pertumbuhan ekonomi nasional bertahan di atas 5 persen. Meksi bantuan sosial tetap akan disalurkan, secara tren mulai melambat.
"Faktor pendorong daya beli masyarakat menengah ke bawah relatif sudah habis. Masyarakat menengah ke atas yang masih ada peluang untuk tumbuh," kata Yusuf saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (30/8).
Kendati demikian, kata Yusuf, konsumsi oleh masyarakat menengah ke atas pada semester II 2019 belum tentu akan lebih baik. Sebab, faktor musiman untuk kenaikan konsumsi hanya mengandalkan libur Hari Raya Natal dan Tahun Baru.
Sementara, konsumsi yang timbul dari pencairan kredit perbankan untuk berbagai keperluan masyarakat menengah ke atas juga belum menjamin. Sebab, meski Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan sebanyak 50 basis poin menjadi 5,5 persen, transmisi penurunan ke suku bunga kredit cenderung lambat. Setidaknya butuh waktu empat bulan agar perbankan bisa menurunkan suku bunga kreditnya.
"Ketika suku bunga kredit rendah, maka kredit lebih murah. Itu memicu peningkatan konsumsi dari kredit yang berbagai macam peruntukannya," ujar Yusuf.
Ia memproyeksikan, pertumbuhan konsumsi masyarakat sepanjang semester kedua tahun ini maksimal 5,1 persen. Menurut dia, transmisi suku bunga acuan ke suku bunga kredit perbankan sangat menentukan laju konsumsi masyarakat ke depan.
Yusuf mengatakan, ketika masyarakat menengah ke atas menahan konsumsinya, akan berdampak besar terhadap pertumbuhan konsumsi secara keseluruhan. Sebab, konsumsi golongan atas mendominasi kontribusi terhadap total pertumbuhan konsumsi rumah tangga di Indonesia.
"Sebetulnya faktor pendukung daya konsumsi masyarakat kelas atas dan bawah relatif sedikit. Tapi kita berharap tetap ada peluang untuk tumbuh," ujarnya.