Ahad 01 Sep 2019 22:22 WIB

Mengenal Ibnu Ridhwan, Sang Astronom dan Dokter

pemikiran Ibnu Ridhwan mampu bertahan hingga berabad-abad lamanya.

Ilmuwan Muslim berhasil memberikan penemuan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan penerus saat ini.
Foto: Photobucket.com/ca
Ilmuwan Muslim berhasil memberikan penemuan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan penerus saat ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejatinya, astronom dan astrolog yang sangat berpengaruh itu bernama lengkap Abu 'l Hasan Ali Ibnu Ridhwan Al-Misri (998-1067). Para penulis di Barat menyebutnya dengan panggilan Haly atau Haly Abenrudian. Selain berprofesi sebagai astronom dan astrolog, Ibnu Ridhwan juga dikenal sebagai seorang dokter dan kritikus kedokteran Yunani, terutama Galen.

Kritiknya atas karya-karya Galen--seorang tabib dari Yunani kuno-- ditulis dalam buku berjudul Ars Parva. Buah karyanya itu kemudian diterjemahkan oleh Gherard of Cremona ke dalam bahasa Latin. Observasi yang dilakukannya terkait fenomena Supernova 1006 M dituliskannya dalam Ptolemy's Tetrabiblos.

Dalam buku yang ditulisnya itu, Ibnu Ridhwan menyatakan bahwa cahaya yang ditimbulkan oleh fenomena Supernova 1006 itu tiga kali lebih besar dari Planet Venus. Karyanya begitu berpengaruh di peradaban Barat hingga abad ke-16 M. Karyanya yang lain diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, De revolutionibus nativitatum (The Revolutions of Nativities) oleh Luca Gaurico dan dicetak di Venicia pada 1524.

Selain itu, karyanya yang lain, Treatise on the Significations of Comets in the twelve Signs of the Zodiac, juga dialihbahasakan ke dalam bahasa Latin bertajuk, Tractatus de cometarum significationibus per XII signa zodiaci, dicetak di Nurnberg pada 1563 M. Itu berarti pemikiran Ibnu Ridhwan mampu bertahan hingga berabad-abad lamanya. Sebuah pencapaian yang sungguh luar biasa.

Setahun sebelum fenomena Supernova 'mengguncang' dunia, Khalifah Al-Hakim pada 1005 M mulai mendirikan Dar al-`Ilm (Rumah Pengetahuan) di Kairo. Ini merupakan universitas umum yang informal. Sehingga, siapa saja bisa datang untuk membaca, menyalin buku, belajar, atau ikut perkuliahan berbagai bidang studi. Di tempat itu diajarkan teologi, tata bahasa, filologi, kedokteran, dan astronomi.

Sedangkan astrologi tak diajarkan di Dar al-'Ilm. Al-Hakim kurang suka dan tak menaruh perhatian pada bidang astrologi. Bahkan, pada 1013 M, khalifah melarang umat Islam untuk mempraktikkan astrologi. Sejumlah astrolog pun sempat kena cekal sang khalifah. Sang khalifah lebih mendukung pengembangan studi astronomi dan turut mensponsori berdirinya observatorium.

Ibnu Ridhwan memang tak menceritakan Dar al-'Ilm dalam biografinya. Namun, menurut para sejarawan, Dar al-'Ilm sempat menjadi pusat kegiatan intelektual bagi masyarakat di Kota Kairo. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement