Senin 02 Sep 2019 08:01 WIB

Korban Meninggal Penembakan Texas Jadi Tujuh Orang

Di antara yang terluka adalah seorang bayi 17 bulan yang ditembak di wajahnya.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
Warga memegang bunga saat upacara mengenang korban penembakan di Odessa, Texas, Ahad (1/9).
Foto: AP Photo/Sue Ogrocki
Warga memegang bunga saat upacara mengenang korban penembakan di Odessa, Texas, Ahad (1/9).

REPUBLIKA.CO.ID, ODESSA -- Jumlah korban terbunuh dalam penembakan di kota Midland dan Odessa, Texas bertambah menjadi tujuh orang. Pelaku yang juga terbunuh dalam baku tembak dengan polisi telah melukai 22 orang lainnya.

Pihak berwenang hingga kini masih belum mengetahui motif penembakan pelaku pria dengan senjata gaya AR yang melepaskan tembakan di keramaian. Penembakan massal kedua ini mengguncang negara bagian Amerika Serikat (AS) dalam waktu kurang dari sebulan.

Baca Juga

Kepala Polisi Odessa Michael Gerke mengatakan, korban terbunuh di antaranya berusia 15 hingga 57 tahun. "Turut berduka, dan hati saya sakit untuk mereka semua," katanya pada konferensi pers.

Di antara yang terluka adalah seorang bayi berusia 17 bulan yang ditembak di bagian wajahnya. Menurut pihak berwenang, pelaku seorang pria kulit putih berusia 30-an, digagalkan polisi karena gagal memberi sinyal belokan kiri. Sebelum kendaraannya berhenti total, ia mengarahkan senapan ke jendela belakang mobilnya dan melepaskan beberapa tembakan ke mobil patroli.

Tembakan menghantam salah satu dari dua pasukan di dalam mobil patroli, setelah itu pria bersenjata melarikan diri dan terus menembak. Dia kemudian membajak van pengangkut surat dan menembak secara acak ketika dia melaju di daerah Odessa dan Midland, dua kota di jantung negara minyak Texas yang berada lebih dari 483 kilometer barat Dallas.

"Tidak ada jawaban pasti untuk motif atau alasan pada saat ini, tetapi kami cukup yakin pelaku itu bertindak sendiri," kata Gerke dilansir Aljazirah, Senin.

Tiga orang dari 22 yang terluka merupakan anggota kepolisian. Satu dari mereka dalam kondisi serius, namun stabil.

Setelah insiden penembakan itu, para kritikus kebijakan senjata AS menyerukan undang-undang yang lebih ketat tentang pengadaan senjata. Presiden AS Donald Trump pun menyebut penyerang Odessa adalah orang yang sangat sakit. Ia mengatakan pemeriksaan latar belakang terhadap pembeli senjata tidak akan mencegah insiden kekerasan senjata baru-baru ini.

Trump mengatakan, dia akan bekerja bersama dengan Demokrat dan Republik pada legislasi senjata ketika Kongres kembali bulan ini. "Saya pikir Anda akan melihat beberapa hal menarik datang," kata Trump tanpa memberikan perincian lebih lanjut.

Anggota Komite Kehakiman House diharapkan untuk kembali dari libur musim panas mereka pekan ini untuk membahas undang-undang kendali senjata baru. Penembakan kali ini terjadi hanya beberapa pekan setelah seorang pria kulit putih menewaskan 22 orang di sebuah toko Walmart di El Paso, Texas.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement