Senin 02 Sep 2019 15:27 WIB

Pemerintah Optimistis Inflasi Akhir 2019 di Bawah 3,5 Persen

Pengendalian harga pangan diharapkan dapat mendorong tercapainya target inflasi.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta,  Senin (2/9).
Foto: Republika/Adinda Pryanka
Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (2/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian optimistis, inflasi dapat tetap terjaga, sesuai dengan target pemerintah yaitu 3,5 persen plus minus satu persen. Keyakinan ini disampaikan Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian Iskandar Simorangkir di tengah tingkat inflasi tahun kalender (Januari-Agustus 2019) mencapai 2,48 persen. 

Iskandar menyatakan, optimisme itu bukan tanpa sebab. Ia memprediksi, kondisi inflasi akan semakin membaik setelah musim kemarau. Khususnya terhadap inflasi bahan makanan atau volatile food

Baca Juga

"Bahkan, realisasinya bisa di bawah 3,5 persen sampai akhir tahun," tuturnya saat dihubungi Republika.co.id, Senin (2/9). 

Berbagai upaya akan dilakukan pemerintah. Di antaranya, Iskandar menyebutkan, menjaga keseimbangan antara permintaan dan ketersediaan hingga penanganan pasca panen. Musim kemarau yang berkepanjangan menjadi hambatan bagi pemerintah untuk mencapai keseimbangan tersebut. 

Di saat bersamaan, Iskandar menambahkan, pemerintah akan secara bertahap mengubah budaya konsumsi segar. Misalnya dengan membuat sambel yang sama dengan cabai segar. Sehingga, pada saat tidak panen, masyarakat dapat mengonsumsi cabai olahan. "Di sisi lain, juga mengawasi agar tidak terjadi penimbunan stock yang berlebihan," ujarnya. 

Sementara itu, Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan (BKF Kemenkeu) Adrianto menuturkan, tingkat inflasi year to date (ytd) yang mencapai 2,48 persen memperlihatkan bahwa masih ada ruang gerak sekitar satu persen untuk mencapai target yakni 3,5 persen. 

Adrianto menilai, tekanan inflasi pada Agustus terutama didorong kemarau panjang yang menyebabkan ketersediaan sejumlah komoditas mengalami hambatan. Dampaknya, harga di tingkat konsumen menjadi tinggi. 

"Khususnya, komoditas cabai," tuturnya. 

Sampai akhir tahun, Adrianto menjelaskan, inflasi diperkirakan dapat terjaga di bawah 3,5 persen. Pemerintah tetap berupaya menjaga agar harga pangan dapat terkendali. Di antaranya melalui kebijakan operasi pasar dan Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) untuk beras. 

Di sisi lain, Adrianto menambahkan, koordinasi dan sinergitas terus dilakukan. Pemerintah pusat dan daerah tetap berkoordinasi dengan Bank Indonesia (BI) untuk mencapai target. "Termasuk dalam menghadapi risiko HBKN (Hari Besar Keagamaan Nasional) Natal di akhir tahun," ucapnya. 

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, tingkat inflasi pada Agustus adalah 0,12 persen. Dengan angka tersebut, tingkat inflasi tahun kalender (Januari hingga Agustus 2019) adalah 2,48 persen. Sedangkan, tingkat inflasi tahun kalender atau year on year (yoy) mencapai 3,49 persen. Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, melihat angka tahunan tersebut, tingkat inflasi masih terkendali karena nilainya berada di bawah target pemerintah, yakni 3,5 persen.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement