REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film terbaru dari Warna Pictures Hayya mengangkat kisah yang lebih ringan. Sentuhan ini dicoba agar pesan yang ingin disampaikan bisa diterima dengan baik oleh masyarakat luas.
Film kedua Justis Arimba ini menceritakan kelanjutan hidup Rahmat (Fauzi Badilah) yang sedang memperbaiki kehidupan beragama secara lebih baik. Terbayang-bayang kesalahan di masa lalu, dia mengajak sahabatnya Adin (Adhin Abdul Hakim) menjadi sukarelawan ke Palestina.
Selama di wilayah itu, mereka bertemu anak yatim piatu Hayya (Amna Sahab) dan menjalin kedekatan. Anak berusia enam tahun ini pun akhirnya ikut ke Indonesia dan menimbulkan gesekan dengan orang-orang di sekitar dua sahabat itu.
Jalan cerita yang cukup serius seputar masalah kemanusian dan Palestina ini, coba dibuat lebih mudah dimengerti. Justis mengatakan, sebagai penulis dan sutradara berusaha memahami keinginan penonton yang menonton film untuk mencari hiburan.
"Kita memang menampung masukan dan kritik dari film sebelumya, semoga sebagai produk film ini lebih segar dari 212," ujar Justis saat mendatangi kantor Republika, Senin (2/9).
Bagi Justis, film seharusnya tidak hanya memberi pesan baik tapi juga harus mendapat ulasan baik dari penonton. Dia pun mencoba meramu cerita yang lebih ringan dengan pesan yang tetap tersisip tanpa perlu digembor-gemborkan di Hayya.
Salah satu sisipan ringan, namun memiliki pesan kuat adalah hubungan Rahmat dan Adin. Persahabatan mereka mencoba mencerminkan persaudaraan yang erat dan kuat meski banyak perbedaan.
"Kaya karakter Fauzi yang egois, apatis, dan pandangan beda dengan Adin. Ini kaya bumi dan langit," ujar Justis.