Senin 02 Sep 2019 18:50 WIB

Negara ASEAN dan AS Gelar Latihan Maritim Gabungan

Latihan maritim gabungan melibatkan lebih dari 1.000 personel dari AS.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Logo Asean.
Foto: Antara
Logo Asean.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- ASEAN dan Amerika Serikat (AS) memulai latihan maritim gabungan pertama pada Senin (2/9). Latihan selama lima hari itu dimulai dari Pangkalan Angkatan Laut Sattahip di Thailand dan akan berakhir di Singapura. 

Latihan yang dikenal ASEAN-US Maritime Exercise (AUMX) tersebut melibatkan delapan kapal perang, empat pesawat, dan lebih dari 1.000 personel dari AS. Negara anggota ASEAN akan berpartisipasi dalam beberapa sesi latihan, meliputi naiknya kapal target untuk mensimulasikan pencarian dan penyitaan. 

Baca Juga

Dalam prosesnya latihan akan turut memanfaatkan wilayah perairan internasional di Asia Tenggara, mencakup Teluk Thailand serta Laut Cina Selatan.   

"AUMX membangun keamanan maritim yang lebih besar di atas kekuatan ASEAN, kekuatan ikatan angkatan laut ke angkatan laut, dan kekuatan kepercayaan kita bersama dalam Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," kata Laksamana Muda Joey Tynch, tokoh yang bertanggung jawab mengawasi kerja sama Angkatan Laut AS di Asia Tenggara, dikutip laman Aljazirah. 

Komandan Yokusuka AS Wakil Laksamana Phil Sawyer mengatakan kelompok pasukan telah lama berlayar bersama selama latihan sepanjang tahun. Namun, dia mengapresiasi penyelengaraan latihan tersebut. 

"AUMX menyediakan tempat multilateral baru untuk bekerja bersama dalam prioritas keamanan maritim bersama di kawasan ini," kata Sawyer, dikutip laman the Japan Times. 

AUMX diselenggarakan saat sengketa klaim di Laut Cina Selatan belum usai. China diketahui telah mengklaim sebagian besar wilayah perairan strategis tersebut. Hal itu ditentang, tak hanya oleh negara ASEAN terkait, tapi juga AS. 

Pada Juli lalu, Pemerintah China memprotes komentar AS yang menudingnya melakukan aktivitas pertambangan minyak dan gas di Laut Cina Selatan. Ia menyatakan pernyataan itu sebagai fitnah terhadapnya.  

“Ini fitnah terhadap upaya China dan negara-negara Asia Tenggara untuk menegakkan perdamaian serta stabilitas di Laut Cina Selatan dan mengelola perbedaan dengan tepat. Negara-negara dan orang-orang di kawasan ini tidak akan mempercayai kata-kata mereka,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang. 

“Kami mendesak AS untuk menghentikan perilaku tak bertanggung jawab seperti itu dan menghormati upaya Cina serta negara-negara ASEAN untuk menyelesaikan perbedaan melalui dialog serta bekerja untuk perdamaian dan stabilitas di Laut Cina Selatan,” kata Geng menambahkan.

Pada perhelatan KTT Bisnis dan Investasi ASEAN yang digelar di Singapura, November tahun lalu, China dan ASEAN menyepakati draf negosiasi Code of Conduct (COC) atau kode etik di Laur Cina Selatan. Beijing berharap pembicaraan tentang COC dengan negara-negara ASEAN dapat diselesaikan dalam tiga tahun. Sebab Beijing menilai kesepakatan yang tercapai nantinya dapat meningkatkan aktivitas perdagangan bebas. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement