Selasa 03 Sep 2019 02:54 WIB

Meski Punya Potensi, Garut Dinilai Kurang Promosi

Menpar menilai Garut kurang Promosi meski memiliki event terbanyak di Indonesia

Rep: Bayu Adji P/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri Pariwisata Arief Yahya dan Bupati Garut Rudy Gunawan meresmikan pasar wisata digital Situ Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Senin (2/9).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Menteri Pariwisata Arief Yahya dan Bupati Garut Rudy Gunawan meresmikan pasar wisata digital Situ Cangkuang, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut, Senin (2/9).

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Atraksi wisata yang terdapat di Kabupaten Garut terbilang lengkap. Mulai dari alam, sejarah, hingga buatan, terdapat di wilayah yang digadang Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) sebagai daerah percontohan pariwisata itu.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, Kabupaten Garut menjadi salah satu daerah dengan event pariwisata terbanyak di Indonesia, yaitu 123 event. Namun menurut dia, belum semua event terekspos untuk wisatawan.

"Banyuwangi yang punya 99 event justru lebih populer. Garut kurang promosi," kata dia, Senin (2/9).

Ia optimistis, Kabupaten Garut memiliki potensi yang besar dalam pariwisata. Namun banyak orang yang masih belum tahu akan hal itu, apalagi dengan event yang dilaksanakan di Garut.

Ia menilai, seharusnya dalam setiap pekan ada dua atau tiga event yang dapat menarik wisatawan datang ke Kabupaten Garut. "Harusnya Garut jadi kota festival," kata dia.

Arief menjelaskan, jika dilihat dari rata-rata lama kunjungan wisatawan, kondisi pariwisata di Kabupaten Garut masih mengkhawatirkan. Ia menyebutkan, saat ini angka rata-rata lama kunjungan wisatawan di Garut baru sekitar 2,4 hari per orang. Angka itu dinilai masih di bawah rata-rata nasional.

Menurut dia, angka itu tak akan meningkat jika tak ada destinasi baru yang ditawarkan. Ia mengatakan, untuk mengikat wisatawan hingga tiga hari, setidaknya harus ada 10-12 destinasi wisata di Kabupaten Garut.

Arief juga mengusulkan Kabupaten Garut mengembangkan konsep nomadic tourism, konsep wisata temporer atau yang mudah berpindah-pindah. Apalagi, di Garut banyak terdapat hutan dan kawasan cagar alam.

"Harus bangun nomadic tourism, akmodasi tema camping. Bisa dengan karavan, mobil atau motor. Nanti 2020 kita bersama, untuk membangun itu," kata dia.

Arief menambahkan, Kabupaten Garut juga beruntung memiliki Gubernur Jabar yang serius mencanangkan wilayahnya sebagai provinsi pariwisata. Langkah itu dinilai sebagai keputusan tepat. Pasalnya, industri pariwisata akan menjadi penghasil devisa terbesar di Indonesia. 

Ia menegaskan, dengan mengembangkan industri pariwisata, secara otomatis pendapatan asli daerah (PAD) di wilayah itu akan naik. Apalagi, jika industrinya dikelola dengan baik.

"Bisa kita contoh daerah lain, di Danau Toba rata-rata di delapan kabupaten PAD naik 70 persen karena pariwisata. Labuan Bajo 93 persen. Garut pasti juga bisa," kata dia.

Bupati Garut Rudy Gunawan mengakui, PAD dari sektor pariwisata masih sangat kecil. Ia bahkan baru menargetkan PAD dari sektor pariwisata pada 2019 hanya sekitar Rp 1 miliar.

Rudy beralasan, hal itu disebabkan lantaran retribusi tiket masuk kawasan pariwisata masih kecil, hanya sekitar Rp 2.000. "Kami bukan kejar itu (PAD) dulu, tapi efeknya. Laju pertumbuhan ekonomi kita naik karena pariwisata. Bukan angkanya, tapi efeknya," kata dia.

Anggota Komisi X DPR Ferdiansyah mengingatkan, industri pariwisata tak bisa berjalan sendiri tanpa sokongan dari tiga A, yaitu atraksi, amenitas, dan aksesibilitas. Menurut dia, adalah tugas kepala daerah yang harus mengoordinir semua hal itu untuk mendukung sektor pariwisata.

"Bupati Haris bisa mengordinir," kata dia.

Selain itu, pemerintah daerah juga harus dapat melakukan penyadaran masyarakat akan pentingnya pariwisata. Apalagi, selama ini terdapat cap negatif Kabupaten Garut sebagai tempat wisata mahal. Padahal, jika masyarakat sadar akan wisata, efek ekonomi yang dihasilkan akan lebih besar.

"Saya harap ini akan semakin berkembang dan membuat warga Kabupaten Garut sejahtera," kata dia

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement