REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, negaranya siap menghadapi skenario apa pun dengan kelompok Hizbullah Lebanon. Hal itu dia ungkapkan setelah kedua belah pihak terlibat pertempuran di perbatasan.
Netanyahu mengatakan, Hizbullah telah melancarkan serangan terhadap Israel pada Ahad (1/9). Militer Israel menyebut Hizbullah meluncurkan roket antitank yang menargetkan pangkalan serta kendaraan militer.
“Kami diserang oleh beberapa roket antitank. Kami meresponsnya dengan (menembakkan) 100 peluru, tembakan udara, dan berbagai tindakan. Kami sedang dalam konsultasi tentang apa yang akan datang,” kata Netanyahu.
“Saya telah memberikan instruksi yang harus disiapkan untuk skenario apa pun dan kami akan memutuskan apa yang akan terjadi selanjutnya, bergantung pada bagaimana hal-hal berkembang,” ujar Netanyahu menambahkan.
Dia membantah kabar bahwa serangan Hizbullah menyebabkan adanya personel tentara Israel tewas. “Kami tidak memiliki korban. Tidak ada yang terluka. Bahkan, tidak ada goresan,” ucapnya.
Hizbullah mengatakan, anggotanya telah menghancurkan kendaraan militer Israel. Tak hanya itu, mereka mengklaim membunuh serta melukai orang-orang di dalamnya.
Peristiwa itu membuat ketegangan antara Israel dan Hizbullah kian meningkat. Pemicu awal ketegangan adalah masuknya pesawat nirawak (drone) Israel ke wilayah Beirut Selatan sekitar dua pekan lalu.
Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengecam hal tersebut. Dia mengatakan, drone yang memasuki daerah Dahieh, Beirut Selatan, bukan jenis yang dapat disewa di kota-kota dan desa-desa di Lebanon untuk keperluan pemotretan acara pernikahan atau pesta. "Ini pesawat militer. Setidaknya dua meter panjangnya," ujarnya.
Terdapat dua drone yang terbang di atas Dahieh. Menurut Nasrallah, pesawat pertama memiliki misi pengintaian karena tidak dilengkapi bahan peledak. Pesawat itu pun terbang rendah di antara gedung-gedung. "Ini berarti sedang mencoba memotret target," katanya.
Warga yang melihat pesawat itu kemudian melemparinya dengan batu hingga jatuh. Tak lama kemudian, drone kedua muncul.
"Pesawat kedua tidak mengalami kerusakan teknis dan diledakkan di udara. Tidak. Apa yang terjadi merupakan serangan bunuh diri pesawat nirawak terhadap target di Dahieh di Beirut Selatan. Ini merupakan deskripsi yang paling akurat berdasarkan fakta," kata Nasrallah.
Dia menilai peristiwa itu sebagai ancaman serius. "Akan sangat berbahaya bagi Lebanon jika kita tetap diam atas pelanggaran ini," ujarnya.
Militer Israel tak mengonfirmasi atau membantah tentang adanya drone yang memasuki wilayah Lebanon dua pekan lalu.
Hizbullah dan Israel pernah berperang pada 2006. Hal itu terjadi setelah Hizbullah menangkap dua tentara Israel dalam serangan lintas perbatasan. Pertempuran antara mereka berlangsung selama sebulan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Perang informasi
Laman CNN pada 30 Agustus melaporkan, militer Israel atau Israel Defence Force (IDF) aktif melakukan propaganda ofensif melawan Iran dan Hizbullah dengan menggunakan media sosial. Hal ini dilakukan sejak beberapa jam setelah Netanyahu mengucapkan lawannya dalam bahasa Arab, yang artinya, "Lihat saja."
Propaganda itu disebut CNN untuk secara drastis meningkatkan ketegangan dengan Lebanon. Melalui perang informasi ini, Israel secara terbuka menyajikan alasan-alasan untuk berperang dengan Hizbullah.
Sebuah video yang diunggah militer Israel menampilkan wajah tiga perwira Iran yang disebut membantu pengembangan rudal Hizbullah. Video lainnya menyebutkan, dalam waktu dekat Hizbullah akan sanggup meluncurkan rudal ke sebuah alamat di Israel dengan amat mudah, bahkan cukup menggunakan aplikasi navigasi Waze.
Video tersebut bahkan menggunakan animasi aplikasi Waze tersebut untuk menuntun pada alamat yang dituju. Ironisnya, menurut CNN, video tersebut tidak menyebutkan bahwa aplikasi Waze diciptakan oleh perusahaan Israel. n kamran dikarma/reuters ed: yeyen rostiyani