Selasa 03 Sep 2019 10:40 WIB

Suku Asli Berdoa Kebakaran Amazon Segera Berlalu

Puluhan ribu titik api tercatat bermunculan di Amazon selama musim kering tahun ini.

Ketua suku asli di desa Krimej, Kadjyre Kayapo dari suku Kayapo berfoto dengan latar belakang hutan yang dibuka oleh penebang hutan ilegal di perbatasan tanah pribumi Menkragnotire dan Biological Reserve Serra do Cachimbo, bagian dari hutan Amazon di Altamira, negara bagian Para, Brasil, Sabtu (31/8).
Foto: AP Photo/Leo Correa
Ketua suku asli di desa Krimej, Kadjyre Kayapo dari suku Kayapo berfoto dengan latar belakang hutan yang dibuka oleh penebang hutan ilegal di perbatasan tanah pribumi Menkragnotire dan Biological Reserve Serra do Cachimbo, bagian dari hutan Amazon di Altamira, negara bagian Para, Brasil, Sabtu (31/8).

REPUBLIKA.CO.ID, FEIJO -- Saat ribuan titik api melahap hutan hujan terbesar di dunia Amazon, sebagian suku asli mengandalkan doa dalam upaya menghentikan kehancuran dan memohon perlindungan bagi lingkungan hidup mereka untuk generasi masa depan.

Di Desa Feijo, di Brasil barat yang dekat ke perbatasan dengan Peru, masyarakat asli suku Shanenawa menggelar upacara guna berusaha menemukan kedamaian antara manusia dan alam, Ahad (1/9). Dengan wajah dicat, puluhan warga asli menari dalam lingkaran saat mereka berdoa agar kebakaran segera berakhir.

Baca Juga

"Kami ingin perdamaian dan cinta. Perdamaian, keharmonisan dan pendidikan akan menghentikan kebakaran ini, yang telah merusak Amazon," kata Tekaheyne Shanenawa, seorang tetua Shanenawa, kepada Reuters, saat ia berada di lingkaran sebagai bagian dari upacara tersebut.

Puluhan ribu titik api tercatat bermunculan di Amazon selama musim kering tahun ini. Jumlah itu adalah yang terbanyak setidaknya satu dasawarsa terakhir ini.

Pada saat yang sama, Presiden sayap kanan Brasil Jair Bolsonaro berargumentasi hutan perlu dieksploitasi. Argumentasi seperti itu juga ia lancarkan pada saat daerah permukiman suku India menyusut dengan cepat.

"Jika kebakaran terus seperti ini, dalam 50 tahun kita takkan lagi melihat hutan tersisa," kata Bainawa Inu Bake Huni Kuin, tetua lainnya Shanenawa.

"Dan kami takkan merasa aman menyangkut apa yang kami miliki, pada kebudayaan kami, pada bahasa kami, pada nyanyian kami. Tanpa hutan, kami takkan bisa bertani, kami takkan bisa makan.Tanpa tanah kami, kami takkan bisa hidup," katanya.

Kebanyakan wilayah Amazon berada di Brasil, tapi banyak bagiannya juga berada di Kolombia dan Peru. Api juga terdeteksi di sana.

Warga Shanenawa berjumlah sebanyak 720 orang dan tinggal di 23 ribu hektare lahan. Reaksi keras telah bermunculan, terutama ditujukan terhadap pemerintah Bolsonaro, yang mengakui tidak memiliki sumber daya untuk menjinakkan si jago merah. Banyak titik api diduga ditimbulkan oleh para peternak dan petani kedelai.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement