REPUBLIKA.CO.ID, KABUL – Serangan bom bunuh diri kembali terjadi di Ibu Kota Afghanistan, Kabul pada Senin (2/9) malam waktu setempat. Insiden itu menyebabkan sedikitnya 16 orang terbunuh dan lebih dari 100 lainnya luka-luka.
Serangan bom terjadi di daerah perumahan di dekat Green Village, sebuah kompleks besar yang menampung lembaga-lembaga bantuan serta organisasi internasional. Menurut keterangan saksi, terdengar beberapa kali ledakan yang kemudian diikuti suara tembakan.
“Itu adalah ledakan besar. Tampaknya seperti ledakan yang sangat besar,” kata Naseer Ahmad, seorang warga yang tinggal di sekitar lokasi kejadian, dikutip laman Aljazirah.
Seorang pejabat polisi bernama Gula Jan mengaku beruntung dapat selamat dari serangan. Padahal ledakan terjadi tak jauh dari tempatnya. “Kami sedang duduk di truk polisi kami di sebelah kanan gerbang kompleks (Green Village) ketika sebuah mobil melaju langsung ke gerbang dan meledak. Jika kami berada di luar truk, kami akan mati,” ujarnya.
Setidaknya dua atau tiga rekannya terluka parah akibat ledakan. “Kami tidak tahu berapa banyak lagi yang terbunuh dan terluka. Saya diberitahu oleh rekan saya bahwa beberapa pria bersenjata memasuki kompleks setelah ledakan,” kata Jan.
Taliban mengaku bertanggung jawab atas serangan bom tersebut. Tindakan itu dilakukan saat kelompok tersebut sedang menjalin negosiasi dengan Amerika Serikat (AS) tentang proses penarikan pasukannya dari Afghanistan.
Pada Senin lalu, media lokal Afghanistan melaporkan bahwa serangan bom juga terjadi di provinsi Kunduz, Takhar, Badakhshan, Balkh, Farah, dan Herat. Jalan raya Kabul-Baghlan dan Baghlan-Kunduz telah diblokir. Meningkatnya kekerasan telah membayangi harapan atau prospek kesepakatan damai antara Taliban dan AS yang bertujuan mengakhiri konflik selama 18 tahun di Afghanistan.