Selasa 03 Sep 2019 19:11 WIB

Riset: Daur Ulang Sampah Indonesia di Bawah 10 Persen

Setiap orang di Indonesia mengonsumsi plastik 17 hingga 23 kilogram per tahun.

Nelayan tradisional melaut di sekitar pantai yang dipenuhi sampah plastik di Palu, Sulawesi Tengah, Senin (2/9/2019).
Foto: Antara/Mohamad Hamzah
Nelayan tradisional melaut di sekitar pantai yang dipenuhi sampah plastik di Palu, Sulawesi Tengah, Senin (2/9/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil riset yang dilakukan oleh Sustainable Waste Indonesia (SWI) mengungkapkan daur ulang sampah plastik di Indonesia masih tergolong kecil yaitu di bawah angka 10 persen. Daur ulang sampah hanya tiga persen.

"Seluruh sampah bukan hanya plastik saja harusnya diolah dan tidak tertimbun di Tempat Pembuangan Akhir, namun di Indonesia baru tiga persen saja," kata Direktur SWI Dini Trisyanti di Jakarta, Selasa (3/9).

Baca Juga

Ia mengatakan total terdapat 380 TPA yang tersebar di seluruh Indonesia dan kondisinya hampir penuh dan tidak bisa menampung volume sampah. Ini termasuk TPA Bantargebang di Bekasi, Jawa Barat.

Berdasarkan data yang diperoleh SWI dari Kementerian Perindustrian mengungkapkan bahwa setiap orang di Indonesia mengonsumsi plastik rata-rata 17 hingga 23 kilogram per tahun. "Jadi tanpa kita sadari kita mengonsumsi plastik itu 17 hingga 23 kilogram per tahun," ujar dia.

Jika dibandingkan dengan negara lain, angka konsumsi plastik Indonesia masih relatif kecil sebagai contoh Malaysia mencapai angka 40 kilogram per tahun. Semakin maju suatu negara maka semakin tinggi konsumsi plastik.

Pada praktiknya terdapat dilema antara pemerintah, khususnya Kementerian Perindustrian, yang menargetkan konsumsi plastik tiap individu 25 hingga 40 kilogram per tahun. Di sisi lain, sejumlah pihak di luar pemerintahan berusaha mengurangi angka itu.

"Di sini lah dilemanya," ujarnya.

Perempuan yang telah berkecimpung di persoalan sampah plastik selama 15 tahun tersebut juga mengaku memiliki data konsumsi sampah plastik masyarakat di Indonesia mencapai 5,6 juta ton per tahun. Sebagian besar dari angka tersebut menjadi sampah plastik yang belum bisa diolah atau didaur ulang sehingga menimbulkan persoalan serius terutama terhadap lingkungan.

"Ternyata 1,67 juta ton itu dari luar negeri, jadi kita mengimpor," katanya.

Kendati demikian, hasil kajian SWI menunjukkan perputaran ekonomi di sektor sampah plastik cukup besar terhadap pertumbuhan industri sebesar 13 persen untuk kontribusi lapangan kerja. Angka tersebut jika dibandingkan seluruh sektor industri kecil dan menengah.

Karena itu, SWI berpandangan terdapat dilema dalam mengatasi persoalan sampah plastik di Tanah Air. "Jadi industri dan lingkungan itu tidak pernah ketemu karena masing-masing punya target namun kita harus mencari titik temunya," ujar dia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement