REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada usianya yang tak lagi muda, pemain spesialis ganda putra Hendra Setiawan masih mampu mempersembahkan prestasi gemilang bagi Indonesia. Tepat pada hari ulang tahunnya yang ke-35, Hendra merebut gelar Juara Dunia 2019 bersama Mohammad Ahsan.
Bersaing dengan para pemain muda bukanlah hal yang mudah. Hendra/Ahsan mesti pintar mengatur strategi bermain yang efektif agar tidak terlalu banyak menghabiskan tenaga yang tak perlu. Mereka juga mesti bisa menyiasati recovery yang lebih lama dibandingkan para pemain muda dengan jadwal pertandingan padat antarturnamen.
Begitu juga saat latihan, pasangan ranking dua dunia ini mesti bisa menjaga kondisi tubuh mereka. "Kuncinya ya latihan dan istirahat yang cukup. Kalau nggak bisa ikuti program, kalau capek, bilang ke pelatih,'Saya nggak kuat!'. Nggak boleh maksa, kalau drop dan sakit nanti menaikkannya lebih susah," ungkap Hendra dalam keterangan pers yang diterima Republika.co.id, Selasa (3/9).
Hendra yang baru saja mendapat bonus sebesar Rp 500 juta dari PB Jaya Raya, berharap prestasinya dan Ahsan terus stabil. Apalagi keduanya tengah mengincar tiket Olimpiade Tokyo 2020. Kejuaraan China Open 2019 BWF World Tour Super 1000 akan menjadi target terdekat Hendra/Ahsan.
"Kami maunya stabil saja di tiap pertandingan. Targetnya (China Open) semifinal, yang realistis semifinal, nggak mau muluk-muluk," ucap Hendra.
Pemain kelahiran Pemalang, 25 Agustus 1984 ini mengaku belum memikirkan pensiun. Ia masih ingin bermain di Olimpiade Tokyo 2020 bersama Ahsan. Walau sudah pernah mendapatkan emas Olimpiade bersama Markis Kido, ia masih berhasrat meraih prestasi serupa bersama Ahsan.
"Belum tahu, belum kepikiran kapan pensiun. Setelah Olimpiade kalau masih mau dan masih bisa main ya main," pungkas Hendra.