Selasa 03 Sep 2019 21:27 WIB

Metode kilat Pesantren Miftahuttholibin Kuasai Kitab Kuning

Pesantren Miftahuttholibin mengadopsi metode dari Pesantren Sidogiri.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Pondok Pesantren Miftahuttholibin di Desa Timbang, Kecamatan Cigandamekar, Kabupaten Kuningan
Foto: Republika/Andrian
Pondok Pesantren Miftahuttholibin di Desa Timbang, Kecamatan Cigandamekar, Kabupaten Kuningan

REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN – Pondok Pesantren Miftahuttholibin di Desa Timbang, Kecamatan Cigandamekar, Kabupaten Kuningan menggunakan metode berbeda dalam mendidik santrinya agar bisa cepat membaca dan menguasai kitab kuning. Pesantren ini menggunakan metode al-Miftah yang diadopsi dari Pondok Pesantren Sidogiri, Jawa Timur.   

Berbeda dengan pesantren pada umumnya dimana untuk mampu membaca dan memahami literatur keislaman, santri terlebih dulu harus menguasai gramatikal arab dengan mempelajari kitab alat secara berjenjang mulai dari Jurumiyah, Imrithi hingga Alfiyah,  namun dengan metode al-Miftah, santri bisa lebih cepat untuk membaca kitab kuning.   

Baca Juga

Pengasuh santri putra Ponpes Miftahuttholibin, Ustaz Muhammad Faiz Tantowi, menjelaskan metode al-Miftah diterapkan pada kitab fikih yakni Fath al-Qarib. Setiap kata dalam kitab dibahas secara rinci sesuai kaidah nahwu dan sharaf.  

“Kita preteli setiap kalimat di Fath al-Qarib itu bagaimana nahwu sharafnya, setelah itu baru menjelaskan fikihnya,” kata ustaz Muhammad Faiz Tantowi saat berbincang dengan Republika,co.id pada Selasa (3/9).  

Jika dengan menggunakan metode tradisional membutuhkan waktu bisa bertahun-tahun agar seorang santri mampu membaca kitab, namun dengan metode itu hanya perlu beberapa bulan saja.  

Menurut Ustaz Faiz, dengan merinci satu per satu kata dalam kitab sesuai aturan nahwu dan sharaf membuat santri akan lebih cepat menguasai gramatikal Arab. Untuk membantu mengingat, santri pun kerap diajak melafalkan bait kaidah-kaidah atau aturan nahwu dan sharaf.   

“Kita masukan dulu metode ini terutama pada santri baru ya, jenjang berikutnya baru diajarkan Jurumiyah hingga Alfiyah. Jadi sudah paham dulu sebelum masuk pada kitab nahwu atau sharaf,” katanya.   

Karenanya Ponpes Miftahuttholibin pun menargetkan santrinya sudah bisa membaca kitab kuning hanya dalam enam bulan saja. Bahkan beberapa santrinya ada yang mampu membaca kitab kuning hanya dalam waktu dua bulan.  

photo
Pondok Pesantren Miftahuttholibin di Desa Timbang, Kecamatan Cigandamekar, Kabupaten Kuningan

Pesantren Miftahuttholibin sendiri merupakan salah satu pesantren tertua di Kuningan. Pesantren ini telah berdiri sejak abad ke-18 oleh KH Mahfudz bin KH Soleh. 

Selain menekankan pada santrinya agar bisa menguasai kitab kuning, pesantren Miftahuttholibin juga mendidik santrinya agar mampu menjadi para penghafal Alquran. Saat ini jumlah santri Ponpes Miftahuttholibin mencapai 350 santri. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement