REPUBLIKA.CO.ID, NASHVILLE -- Sekolah Katolik di Nashville, Tennessee, Amerika Serikat (AS) menerima banyak berbagai tanggapan soal keputusan untuk menghapus seri buku Harry Potter dari perpustakaan. Pada 28 Agustus, pendeta di Sekolah Katolik St. Edward, Dan Reehil, telah mengirim email ke staf sekolah menjelaskan alasannya mengeluarkan buku-buku Harry Potter dari perpustakaan sekolah.
"Buku-buku ini menyajikan sihir baik dan jahat, yang tidak benar. Kutukan dan mantera yang digunakan dalam buku-buku Harry Potter adalah kutukan dan mantra yang sebenarnya; yang bila dibaca oleh manusia berisiko membawa roh-roh jahat ke hadapan orang yang membaca teks," tulis suratnya seperti dikutip di CNN, Rabu (4/9).
Reehil mengatakan, dia berkonsultasi dengan pengusir setan dan Katekismus Gereja Katolik sebelum membuat keputusan mendesak penarikan buku-buku Harry Potter. Klaim kutukan dan mantra adalah bagian yang paling menarik perhatian dari penjelasan Reehil.
Dia juga mengangkat poin filosofis lainnya. Menurutnya, tokoh protagonis buku-buku itu mempromosikan pendekatan Machiavellian untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Meski demikian belum ada klarifikasi resmi dari Sekolah Katolik St. Edward. Sekolah dasar K-8 milik Keuskupan Katolik Roma di Nashville.
Direktur komunikasi untuk Keuskupan Katolik Roma Rick Musacchio mengatakan kepada CNN peran Reehill sebagai pendeta di sebuah sekolah keuskupan memberinya berbagai peran dasar yang dapat ia atasi. Dengan kata lain, keputusannya tidak harus disetujui atau didukung secara eksplisit oleh Keuskupan. Musacchio juga mengonfirmasi e-mail dari Reehil.
Setelah keputusan sekolah mulai mendapat perhatian, Pengawas Sekolah Keuskupan, Rebecca Hammel mengirim e-mail ke staf sekolah untuk menjelaskan ruang lingkup dalam menyingkirkan buku Harry Potter. Dalam salinan surat yang diberikan kepada CNN, Hammel menyatakan penyesalannya keputusan menyingkirkan buku Harry Potter menempatkan sekolah pada perhatian yang tidak diinginkan.
Dia juga menjelaskan sekolah tidak memberlakukan larangan. Serial itu tidak pernah menjadi bagian dari kurikulum sekolah dan siswa masih dapat membaca buku di halaman sekolah. Dia mengatakan keputusan menghapus buku-buku itu adalah bagian dari proyek yang lebih besar untuk memindahkan perpustakaan dari satu lokasi ke lokasi lain, di mana katalog sekolah direorganisasi dan beberapa bahan dihapus karena usia buku atau sirkulasi yang buruk.
"Selama bertahun-tahun seri ini telah mendapat perhatian atas presentasi sihirnya," tulis Hammel.
Menurutnya, jika Gereja Katolik telah menyatakan tidak memiliki posisi formal pada buku-buku dan film-film terkait, maka banyak suara di Gereja, bahkan pada tingkat yang lebih tinggi, telah menyatakan bahwa pokok bahasannya mungkin tepat ketika pertimbangan yang matang diberikan pada kedewasaan pembaca. "Kami menyerahkan keputusan ini kepada Anda sebagai pendidik utama anak-anak Anda," katanya.
Sejak dirilis pada tahun 1997, seri buku Harry Potter telah menjadi bahan perdebatan agama internasional karena dugaan bermuatab tentang mistisisme, okultisme dan tema-tema lain yang menurut beberapa orang bertentangan dengan agama Kristen dan Islam. MPada tahun 2006, seri ini menduduki puncak daftar buku-buku yang paling ditantang oleh Asosiasi Perpustakaan Amerika abad ke-21.