Rabu 04 Sep 2019 09:30 WIB

Dradjad: Pengkritik Amien Kurang Baca, Banyak Bicara

Mereka disarankan banyak baca tentang China dan Xi Jinping.

Dradjad Hari Wibowo
Foto: istimewa/doc pribadi
Dradjad Hari Wibowo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Anggota Dewan Kehormatan (Wanhor) PAN, Dradjad Wibowo menyebut sejumlah politikus parpol yang antipati terhadap Amien Rais, karena mereka kurang membaca tapi banyak bicara.

Pernyataan ini disampaikan Dradjad menyikapi komentar sejumlah politikus atas kritik Amien Rais terhadap rencana pemindahan ibu kota. “Teman-teman parpol yang antipati terhadap pak Amien itu terlihat sekali kalau kurang membaca, banyak bicara,” ungkap Dradjad dalam pesan tertulisnya kepada Republika.co.id, Rabu (4/9).

Dradjad menyarankan agar mereka membaca sebanyak mungkin tentang China dan Presiden Xi Jinping. Misalnya, bacalah isi the “Chinese dream”. Pahami bagaimana China melihat dirinya sebagai the Middle Kingdom yang menjadi pusat gravitasi dunia. Pahami the Century of Humiliation yang memalukan bangsa China, yang diawali dengan kekalahan dari Inggris dalam Perang Opium Pertama tahun 1839-1842.

Ingat, kata Dradjad, China pada tahun 1820-an pernah menyumbang 30% PDB Dunia. Lalu bagaimana selama the Century of Humiliation, peranan PDB China hancur menjadi 5%. Tahun 2017 sumbangan China ke PDB Dunia sudah menjadi 15,38%.

Setelah paham itu, kata Dradjad, baca tentang bagaimana China mengekspor “soft power”nya untuk memperkuat pengaruh global. Lihat peran krusial dari the United Front Work Department dalam konteks ini. Cek bagaimana President Xi menekankan betapa pentingnya the United Front dalam berbagai acara Partai Komunis China. Lihat bagaimana pejabat-pejabat the United Front meroket karirnya. Cek juga peranan the Confucius Institute.

"Dari situ kita akan paham bagaimana Presiden Xi Jinping dengan sangat cerdas memainkan OBOR (One Belt One Road),” ungkap Dradjad.

Menurut Dradjad, China tahu Indonesia tidak punya cukup uang untuk memindahkan ibu kota. Untuk membayar defisit BPJS saja, APBN kewalahan. Apalagi semester I/2019 ini penerimaan pajak hanya 38,25% dari target APBN.

Di sisi lain, lanjutnya, jangka waktu pemindahan ibu kota dibuat sangat ambisius. Harus pindah tahun 2024.

Dengan kondisi uang kurang dan waktu pendek, menurut Dradjad, bagi China, itu adalah kesempatan emas untuk “mengunci” pengaruh geopolitik-ekonomi terhadap Indonesia. "Ini karena proyek pemindahan ibukota tersebut amat sangat klop dengan langkah China mengekspor “soft power”nya,” kata Dradjad yang juga ekonom INDEF tersebut.

Memakai istilah sepakbola, proyek pemindahan ibu kota itu seperti umpan yang sangat matang untuk China. Tinggal disontek sedikit, bola masuk ke gawang lawan. "Itu sebabnya pak Amien memakai istilah persembahan,” ungkapnya.

Sebelumnya kritik Amien mendapat kecaman dari politikus PPP Ahmad Baidowi dan politikus Golkar Ace Hasan. Baidowi menyebut pernyataan Amien menyesatkan dan provokatif.

Sementara Ace menyebut pernyataan Amien tidak mencerminkannya sebagai seorang eks guru besar Ilmu politik dan akademisi. Menurutnya, pernyataan itu lebih banyak didasari oleh asumsi-asumsi yang sangat tidak mendasar.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement