Rabu 04 Sep 2019 10:28 WIB

Presiden Afsel Kecam Kekerasan pada Warga Asing

Toko milik warga Nigeria menjadi sasaran para penjarah.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Warga menjarah sebuah toko di Germiston, di timur Johannesburg, Afrika Selatan, Selasa (3/9).
Foto: AP Photo/Themba Hadebe
Warga menjarah sebuah toko di Germiston, di timur Johannesburg, Afrika Selatan, Selasa (3/9).

REPUBLIKA.CO.ID, CAPE TOWN -- Presiden Afrika Selatan (Afsel) Cyril Ramaphosa mengutuk gelombang penjarahan dan kekerasan yang menargetkan warga asing. "Tidak ada pembenaran bagi warga Afrika Selatan untuk menyerang orang-orang dari negara lain," kata Ramaphosa, Selasa (3/9), dilansir BBC, Rabu (4/9).

Puluhan orang ditangkap di Johannesburg, Senin (2/9). Setidaknya lima orang tewas dalam kerusuhan itu.

Baca Juga

Pemerintah Afrika lainnya telah mengeluarkan peringatan kepada warganya tentang kekerasan tersebut. Dalam sebuah video yang diunggah di Twitter, Ramaphosa menyatakan serangan terhadap bisnis yang dijalankan oleh warga asing merupakan sesuatu yang sama sekali tidak dapat diterima, sebuah tindakan yang tidak dapat diizinkan terjadi di Afrika Selatan.

"Saya ingin ini segera berhenti," katanya.

Secara terpisah, Uni Afrika (AU) mengeluarkan pernyataan mengutuk tindakan kekerasan tersebut. Polisi menembakkan gas air mata, peluru karet, dan granat setrum dalam upaya memadamkan kerusuhan pada Senin. Selama melonjaknya kekerasan juga terlihat gerombolan penjarah toko dan lainnya.

Beberapa warga yang marah di kota itu menyerukan kepada pemerintah untuk mendeportasi migran tidak berdokumen. Akan tetapi seorang pengusaha Nigeria, yang tokonya menjadi sasaran para penjarah mengatakan warga asing di Afsel menjadi sasaran dari banyak tuduhan dan kebohongan.

"Ini bukan serangan kriminal. Ini serangan (xenofobia)," kata dia.

Seorang saksi mata mengatakan, sebuah cabang dari supermarket Afsel, Shoprite telah dirusak di Lekki, Lagos. Selain itu juga dilaporkan terdapat dua mayat tergeletak di jalan di luar pusat perbelanjaan, tempat supermarket itu berada.

Sementara mobil-mobil, yang terjebak dalam lalu lintas di dekatnya juga dirusak saat penumpangnya melarikan diri. Pihak berwenang belum mengonfirmasi laporan dari korban.

Presiden Nigeria Muhammadu Buhari mengirim utusan ke Afsel pada Selasa, ini untuk mengungkapkan ketidaksenangan Nigeria atas perlakuan terhadap warganya. Dalam sebuah pernyataan, komisi tinggi negara itu di Afsel menggambarkan situasi tersebut anarki. Pemerintah menuduh bisnis milik orang Nigeria menjadi sasaran di Johannesburg dan telah meminta Nigeria untuk melaporkan apa yang telah terjadi pada mereka.

Menurut Fana Broadcasting Corporate (FBC) yang terkait dengan Ethiopia, Kedutaan Ethiopia di Afsel telah menyarankan warganya untuk menutup bisnisnya selama ketegangan sedang berlangsung. Disebutkan juga orang Ethiopia disarankan menjauhkan diri dari segala konfrontasi, konflik, dan tidak pergi memakai perhiasan mahal.

Kementerian transportasi Zambia mengatakan pengemudi truk harus menghindari bepergian ke Afsel sampai situasi keamanan membaik. Pernyataan itu merujuk pada serangan yang dilaporkan terhadap pengemudi truk asing. Situs berita IOL Afsel mengatakan ada banyak insiden kendaraan yang dijarah.

"(Xenofobia) digunakan sebagai alasan," kata menteri kepolisian Afrika Selatan, Bheki Cele, kepada wartawan, Senin (2/9), setelah mengunjungi Kawasan Pusat Bisnis Johannesburg, tempat banyak kerusuhan telah terjadi.

South Africa Unrest

Image ID : 19246310484692

Looters make off with goods from a store in Germiston, east of Johannesburg, South Africa, Tuesday, Sept. 3, 2019. Police had earlier fired rubber bullets as they struggled to stop looters who targeted businesses as unrest broke out in several spots in and around the city. ()

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement