REPUBLIKA.CO.ID, AUSTIN -- Perusahaan toko serba ada Walmart memutuskan menghentikan penjualan senjata dan amunisi di setiap tokonya yang tersebar di Amerika Serikat (AS). Keputusan ini datang setelah insiden penembakan massal terjadi di salah satu cabang toko tersebut di El Paso, Texas pada awal Agustus lalu, yang membuat sebanyak 22 orang tewas.
Selain itu, Walmart mengambil langkah ini pascapenembakan mematikan yang datang bersamaan di Ohio. Hingga kemudian, insiden terkait lainnya di Midland dan Odessa, yang juga terjadi di Texas beberapa hari setelahnya.
Walmart mengatakan akan berhenti menjual amunisi untuk pistol dan beberapa senapan gaya serbu. Perusahaan itu berada dalam tekanan untuk mengubah kebijakan penjualan senjata.
Selama ini, Walmart dikenal sebagai pengecer senjata terbesar di AS. Namun, dengan kebijakan terbaru ini, penjualan atas barang-barang yang berpotensi menimbulkan kejadian serupa akan dihentikan seluruhnya, termasuk untuk tokonya di Alaska. Di negara bagian itu penjualan produk senjata tersebut masih dilakukan.
“Sebagai sebuah perusahaan, kami mengalami dua peristiwa mengerikan dalam satu pekan dan kami tidak bisa bersikap sama,” ujar kepala eksekutif Walmart, Doug McMillon dilansir Sky News, Kamis (4/9).
Walmart memutuskan mengakhiri penjualan senapan serbu dan menaikkan usia minimum bagi pelanggan yang hendak melakukan pembelian, yaitu 21 tahun. Perusahaan akan berhenti menjual semua amunisi pistol dan beberapa amunisi laras pendek, seperti kaliber 223 dan kaliber 5,56, setelah pembersihan seluruh stok yang sedang dilakukan saat ini.
Meski demikian, kebijakan ini akan membuat perusahaan toko tersebut fokus menjual senjata berburu, termasuk senapan rusa dan amunisi terkait. Biasanya, amunisi laras pendek digunakan untuk beberapa senapan berburu binatang kecil.