REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menilai penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen dapat mendorong industri manufaktur. Setidaknya penurunan suku bunga acuan dapat meningkatkan permintaan domestik industri manufaktur.
Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo mengatakan stimulus penurunan suku bunga acuan dapat memberikan kekuatan ekonomi terutama sektor manufaktur. “Selama ini kami melihat masalah permintaan yang tidak muncul secara besar. Harapannya kami turunkan suku bunga, memberikan amunisi sektor manufaktur,” ujarnya saat acara Seminar Nasional Manufaktur di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (4/9).
Menurutnya industri manufaktur unggulan seperti produk tekstil, otomotif dan alas kaki dapat bersaing di pasar global. Apalagi kontribusi industri manufaktur ke pendapatan domestik bruto (PDB) pada triwulan kedua tahun ini tumbuh kisaran 3,2 hingga 3,3 persen.
“Kami melihat kriteria daya saing paling kuat di pasar global dan dari sisi dorongan membentuk net surplus devisa ke ekonomi,” ucapnya.
Dody menjelaskan kontribusi industri manufaktur ke PDB masih separuh dari pertumbuhan normal industri manufaktur yang mencapai kisaran enam hingga tujuh persen. Diharapkan industri manufaktur menjadi prioritas mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Tidak salah ekonomi kita hanya lima persen tahun ini. Ini tantangan besar bagaimana kami dorong manufaktur terus tumbuh," katanya.
Sementara Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Erwin Tunas menambahkan saat ini potensi industri manufaktur seperti produk ban terbuka lebar di dalam negeri. Hal ini menyusul pertumbuhan industri otomotif tumbuh satu juta per tahun.
“Potensi besar adalah industri ban. Industri ban yang ada, memang prioritasnya adalah supply ke industri dalam negeri,” ucapnya.