REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan kontraktor pelat merah, PT Wijaya Karya (Tbk) Persero menyatakan siap untuk membentuk perusahaan patungan atau joint venture dengan pihak asing untuk membangun ibu kota baru. Perseroan mengaku membentu joint venture dengan pihak luar sudah sering dilakukan dalam proyek infrastruktur.
Sekretaris Perusahaan Wika, Mahendra Vijaya, menuturan, pembentukan tersebut bisa saja dibuat jika pemerintah mengizinkan. Sejauh ini, Wika juga sudah terbiasa dalam membentuk konsorsium dengan perusahaan asing.
Sebagai contoh, pembangunan moda raya terpadu (MRT) yang menggandeng Jepang, kereta cepat Jakarta-Bandung dengan China, serta proyek-proyek pembangkit listrik yang menggandeng Korea.
"Kita siap kerja sama dengan siapa saja selama kepentingannya sama dan selaras. Menjalankan program pemerintah dari manapun selama udah ada izin" kata Mahendra saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (4/9).
Menurut dia, Wika sejatinya siap membangun sendiri tanpa membentuk perusahaan patungan sesuai dengan porsi infrastruktur yang dijatah. Namun, karena porsi pembiayaan non-APBN yang mencapai 81 persen dari total kebutuhan Rp 466 triliun, pembentukan joint venture saat dimungkinkan.
Adapun skema yang dapat dilakukan dalam menggandeng pihak asing sangat beragam. "Banyak sekali tergantung kondisinya. Yang jelas, kalau KPBU (Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha) kita siap. Tapi itu masih nanti," kata dia.
Mahendra menyebutkan Wika juga tidak akan membatasi diri dalam infrastruktur ibu kota baru yang akan dibangun. Selama pemerintah mengizinkan, Wika bakal menggarap infrastruktur pendukung maupun inti sesuai kemampuan.
"Kita sudah berpengalaman dalam membentuk perusahaan patungan dengan asing. Semua infrastruktur bisa saja," ujar dia.