REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Musim kemarau tahun ini menjadi musim yang berat bagi warga di Gunung Kidul, Yogyakarta. Juga untuk daerah lain yang bahkan sudah terbiasa dengan kondisi ini. Cuaca terik dan pepohonan sudah meranggas untuk bertahan hidup. Krisis air menjadi hal yang lumrah di sana.
Beruntung di beberapa tempat masih terdapat embung (penampungan air buatan) di sana. Setidaknya pasokan air untuk minum ternak masih tersedia. “Saya ambil air untuk minum sapi saja kok mas,” kata Naryo saat ditemui di Embung Gebang, Tileng, Gunungkidul. Warga sekitar juga terlihat mengambil air menggunakan jeriken untuk minum ternak.
Sementara itu di Kecamatan Girisubo penduduk tampak menampung air dari pecahan pipa PDAM. Mereka rela antre mengisi jeriken air. “Mendingan mas, sedikit berhemat. Daripada harus membeli air Rp180 ribu per tangki,” ujar salah seoirang warga.
Terkadang, air bantuan juga datang. Tetapi masih kurang untuk mencukupi kebutuhan air warga. Air satu truk tanki dengan kapasitas sekitar 4 ribu liter habis tidak dalam waktu lama.