Rabu 04 Sep 2019 20:22 WIB

Peluncuran Desa Sadar Kerukunan Wujud Damainya Poso

Desa Sadar Kerukunan diluncurkan di Desa Tambarana.

Kerukunan antar Umat Beragama. (ilustrasi)
Foto: www.cathnewsindonesia.com
Kerukunan antar Umat Beragama. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, POSO— Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Tengah menilai peluncuran Desa Sadar Kerukunan di Kabupaten Poso menjadi simbol perdamaian di daerah tersebut.

"Ini berperan untuk menyampaikan pesan perdamaian kepada masyarakat secara luas selain di bumi Poso, juga di Sulawesi Tengah," ucap Ketua FKUB Sulteng, Prof KH Zainal Abidin MAg, di Poso, Rabu (4/9).

Baca Juga

FKUB bersama Kementerian Agama dan Pemerintah Daerah Kabupaten Poso menggagas dan membentuk desa sadar kerukunan. Desa Tambarana di Kecamatan Poso Pesisir Utara Kabupaten Poso, dipilih oleh instansi tersebut sebagai desa percontohan kerukunan yang telah diluncurkan instansi tersebut melibatkan masyarakat.

Launching Desa Tambarana sebagai desa sadar kerukunan dirangkaikan dengan dialog merawat perdamaian dan peresmian Tugu FKUB di Desa Tambarana, Rabu.

Zainal mengemukakan, Desa Tambarana sebelum dipilih dan ditetapkan untuk menjaga desa percontohan sadar akan kerukunan, jauh sebelum itu telah rukun walaupun masyarakat dalam desa itu terdiri dari bermacam suku dan agama.

Walaupun demikian, kata dia, pascapeluncuran FKUB akan melakukan pendampingan, pembinaan secara kontinue dan berkesinambungan di desa itu dengan melibatkan Kementerian Agama dan Pemkab Poso.

"Iya, jadi pendampingan dan pembinaan akan menjadi kegiatan utama di desa tersebut. Masyarakat dari masing-masing agama dan suku akan dilibatkan dalam kegiatan non-ibadah, seperti dialog, seminar, atau kegiatan hari-hari besar nasional," sebut dia.

Guru besar pemikiran Islam modern sekaligus rektor pertama IAIN Palu itu menyebut peluncuran Desa Sadar Kerukunan, merupakan gambaran realitas keberagaman dalam kehidupan masyarakat merupakan keniscayaan sosial.

Dia menyatakan, keberagaman ini berimplikasi pada lahirnya perbedaan. Semakin heterogen sebuah masyarakat semakin banyak perbedaan yang muncul. Bahkan dalam komunitas agama yang sama, masih terdapat perbedaan mazhab, dalam mazhab yang sama masih terdapat perbedaan pemikiran, dan seterusnya.

"Kerukunan tidak diwujudkan dengan menghilangkan perbedaan karena hal itu adalah sebuah kemustahilan.

Kerukunan terwujud justru melalui pengakuan dan penghargaan terhadap wujudnya perbedaan, sehingga tidak melahirkan sikap merasa benar sendiri," katanya.

Menurut dia, mencari titik temu yang dapat menyatukan perbedaan tersebut dalam merajuk kehidupan bersama secara harmonis, maka desa sadar kerukunan merupakan titik temu merajut kehidupan bersama.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement