Rabu 04 Sep 2019 20:41 WIB

Anak Muslim Pattani Sekolah di Lembaga Kerajaan Thailand

Muslim Pattani tidak mendapatkan diskriminasi.

Muslim Pattani saat melaksanakan shalat Idul Fitri di sebuah masjid di Kota Pattani, Thailand Selatan.
Foto: AP Photo/Sumeth Panpetch
Muslim Pattani saat melaksanakan shalat Idul Fitri di sebuah masjid di Kota Pattani, Thailand Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, THAILAND— Pemerintah Thailand tidak diskriminasi terhadap masyarakat Pattani, Thailand bagian selatan, khususnya masyarakat beragama Islam untuk menuntut ilmu di sekolah yang dibangun pihak kerajaan.

Pelajar yang beragama Islam dan beragama Budha belajar bersama, mulai dari tingkat sekolah dasar (SD) hingga tingkat sekolah menengah atas (SMA) di Sekolah Rajprachanukroh, Provinsi Pattani, Thailand selatan, yang dibangun Raja ke-9 Thailand, Bhumibol Adulyadej.

Baca Juga

"Sekolah ini dibangun dengan tujuan agar pelajar Muslim dan pelajar beragama Budha bisa belajar secara bersama-sama," kata Ketua Sekolah Rajprachanukroh, Chanchai Sudjai, di Pattani, Thailand selatan, Rabu (4/9).

Menurut dia, melihat kondisi banyak masyarakat Pattani yang kurang mampu, Raja ke-9 Thailand Bhumibol Adulyadej membangun sekolah ini. Sebagian besar karyawan yang bekerja di sekolah ini beragama Islam, yakni sekitar 90 persen muslim.

Bahkan, dari 654 pelajar yang bersekolah milik kerajaan ini sekitar 95 persennya beragama Islam. 

Oleh karena itu, setiap kali ada acara keagamaan umat Islam, karyawan atau pelajar beragama Budha juga bisa ikut bersama, seperti acara buka puasa bersama. Namun, apabila ada acara keagamaan umat Budha, karyawan/pelajar Muslim tidak boleh ikut.

"Mereka (umat Islam) hanya partisipasi saja atau melihat acaranya tanpa terlibat secara langsung," kata Sudjai.

Berkenaan dengan ibadah, pelajar Islam dibebaskan untuk melaksanakan ibadahnya. Bahkan, pihak sekolah membawa siswanya untuk membersihkan masjid di sekitar sekolah dan belajar di masjid. "Begitu juga pelajar beragama Budha juga ikut membersihkan kuil yang berada di sekitar sekolah," ujarnya.

Dari segi pakaian pun, pihak sekolah tidak melarang siswanya menggunakan hijab atau berjilbab asalkan pakaiannya disesuaikan dengan seragam sekolah. "Tidak ada larangan bajunya menutup aurat sesuai dengan syariat Islam," kata Sudjai.

Selain belajar tentang ilmu pengetahuan, para pelajar juga diberikan pelatihan membuat kue, menjahit, membatik, cara memijit, bermain musik, menari, dan lainnya.

Hal itu diberikan agar para pelajar memiliki kemampuan atau keterampilan untuk membuat kue, membuat baju dan lainnya, sehingga usai lulus sekolah bisa membuka usaha secara mandiri.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement