REPUBLIKA.CO.ID, MADIUN -- Tingginya harga cabai rawit masih memiliki andil terbesar dalam memicu laju inflasi di Kota Madiun, Jawa Timur, sebesar 0,04 persen. Angka tersebut berdasarkan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 134,52 persen pada bulan Agustus tahun 2019.
"Komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi adalah harga cabai rawit yang masih tinggi. Selain itu juga kenaikan harga pada biaya tukang bukan mandor, biaya sekolah dasar, emas perhiasan, dan cabai merah," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Madiun Umar Sjaifudin di Madiun, Rabu.
Menurut dia, andil kenaikan harga cabai rawit di Kota Madiun tergolong tinggi dalam laju inflasi bulan Agustus 2019. Yakni sebesar 0,10 persen dengan kenaikan harga sebesar 31,99 persen
Tingginya andil kenaikan harga cabai rawit terhadap inflasi itu tidak hanya terjadi di Kota Madiun, namun juga di daerah lain, bahkan merata secara nasional. Diharapkan pada September ini harga cabai rawit dapat turun dan stabil, sehingga laju inflasi terkendali.
"Pihak Pemkot Madiun dan TPID harus intensif melakukan upaya agar harga cabai tidak melonjak, sehingga pada bulan September harganya bisa turun dan tidak memicu inflasi yang signifikan," kata dia.
Lebih lanjut dijelaskan Umar, dari tujuh kelompok pengeluaran, enam kelompok di antaranya mengalami inflasi. Yakni kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,70 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,27 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,16 persen.
Kemudian kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,04 persen; kelompok transpor, komunikasi, dan jasa sebesar 0,02 persen; dan kelompok sandang. Sedangkan kelompok bahan makanan mengalami deflasi 0,87 persen.
Adapun, komoditas yang menekan laju inflasi tercatat, penurunan harga komoditas bawang merah dan putih, kelapa, buah pir, tomat sayur, dan beras.
Dari delapan kota IHK di Jawa Timur, tujuh kota mengalami inflasi sedangkan satu kota mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Jember sebesar 0,33 persen, Probolinggo 0,27 persen, Malang 0,19 persen, Surabaya 0,11 persen, Sumenep 0,10 persen, Banyuwangi 0,08 persen, dan Madiun 0,04 persen. Sedangkan Kediri deflasi 0,23 persen.