REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Laju pertumbuhan inflasi di Kota Purwokerto Kabupaten Banyumas pada bulan Agustus 2019 lalu, masih belum beranjak dari angka 0,4. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto, Agus Chusaini menyebutkan laju inflasi Kota Purwokerto bulan Agustus 2019 tercatat sebesar 0,42 persen (mtm). ''Angka ini melambat sedikit dibanding inflasi bulan Juli yang tercatat sebesar 0,45 persen,'' jelasnya, Rabu (4/9).
Dengan laju inflasi tersebut, Agus menyebutkan, laju inflasi Kota Purwokerto tercatat lebih tinggi dibandingkan inflasi Cilacap yang tercatat sebesar 0,33 persen, laju inflasi di Jawa Tengah yang sebesar 0,33 persen, dan laju inflasi tingkat nasional yang hanya tercatat sebesar 0,12 persen.
Meski demikian Agus juga menyatakan, inflasi Kota Purwokerto secara tahunan masih tercatat terkendali, masih sebesar 3,36 persen (yoy). ''Angka tersebut, masih berada dalam kisaran sasaran inflasi 2019 sebesar 3,5 persen plus minus 1 persen (yoy),'' katanya.
Menurutnya, laju inflasi setinggi itu, masih dipicu oleh peningkatan harga komoditas pada kelompok bahan makanan. Antarra lain dari komoditas cabai merah dan cabai rawit dan beras. ''Selain itu, inflasi juga didorong oleh peningkatan harga kelompok sandang terutama emas perhiasan,'' jelasnya.
Agus memperkirakan, laju inflasi pada September 2019 akan lebih rendah dari bulan Agustus. Hal ini diindikasi didorong oleh normalisasi harga komoditas aneka cabai dan masih terjaganya pasokan bawang merah seiring dengan mulai berlangsungnya masa panen.
Sedangkan laju inflasi di Kota Cilacap yang pada Agustus 2019 tercatat sebesar 0,33 persen, Agus menyebutkan laju inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya tercatat 0,14 persen (mtm).
Menurutnya, laju inflasi di Kota Cilacap juga didorong oleh peningkatan harga kelompok bahan makanan, seperti cabai, beras, kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau.
''Pada September 2019, laju inflasi Cilacap diperkirakan melambat dibandingkan Agustus 2019. Namun tekanan inflasi diperkirakan masih tetap dipengaruhi oleh pergerakan harga kelompok bahan makanan sebagai dampak kemarau panjang,'' katanya. n eko widiyatno