REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mendeteksi akun media sosial (medsos) dari luar negeri yang ikut menyebarkan hoaks soal kerusuhan di Papua. Tak tanggung-tanggung, akun medsos itu berasal dari 20 negara berbeda.
Menteri Kominfo, Rudiantara menyebut dari data hingga Selasa, (3/9), ditemukan 550 ribu lebih URL atau kanal yang menyebarkan hoaks tentang kondisi Papua. Dari ratusan ribu URL itu, paling banyak dari platform medsos Twitter.
"Akun-akun itu nyebar hoaks. Mentionnya banyak dari negara lain. Tapi belum tentu warga negara itu tapi asal mentionnya dari negara itu. Ada dari 20 negara mention berkaitan Papua," katanya pada wartawan di kantor Kemenkominfo, Kamis (5/9).
Namun Rudiantara enggan menyebut secara rinci ke-20 negara-negara itu. Ia hanya menuturkan ada beragam negara yang menjadi asal URL penyebar hoaks. "Ada dari negara-negara Eropa, Asia, asa juga dari negara tetangga," tambahnya.
Sebagai tindaklanjut, ia menyebut Kemenkominfo mengkaji ratusan ribu URL hoaks tersebut. Kemenkominfo juga berusaha melakukan penyaringan. Hasilnya, sekitar 25 persen URL penyebar hoaks itu merupakan akun pribadi.
"Ada 100 ribu akun original (bukan buatan otomatis/buzzer)," ungkapnya.
Di sisi lain, Kemenkominfo mendapati Twitter sebagai yang paling banyak menyebarkan hoaks tentang Papua. Hingga saat ini, ia menekankan terus berkoordinasi dengan platform medsos termasuk Twitter untuk menutup akun semacam itu.
"Oh iya karena kan kita minta di takedown. Ada FB, IG, Twitter, Youtube. Tapi paling besar Twitter," ucapnya.