REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Kabut asap di Palembang pada Kamis pagi terasa pekat yang dipicu oleh keberadaan 115 titik panas di sejumlah kabupaten Sumatra Selatan. Berdasarkan pantauan satelit di situs Lapan, terdapat 115 titik panas yang berada di Sumatera Selatan.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan Ansori mengatakan, titik api terbanyak terpantau di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dengan 37 titik api, 21 titik api di Kabupaten Banyuasin, 20 di Kabupaten Musi Banyuasin, dan 13 di Kabupaten Musi Rawas Utara. Sebanyak 34 titik di antaranya memiliki tingkat kepercayaan di atas 80 persen, 71 titik dengan tingkat kepercayaan di atas 30 persen, sementara 10 lainnya memiliki tingkat kepercayaan di bawah 30 persen.
Ia mengatakan jumlah titik api tersebut merupakan yang terpantau sejak 24 jam belakangan pada Rabu (4/9) siang hingga Kamis (5/9) pagi. Jumlah tersebut merupakan yang tertinggi sejak awal September.
“Asapnya ke Palembang karena arah anginnya mengarah ke Palembang. Untuk kegiatan water bombing, helikopter yang tersedia difokuskan untuk pemadaman di Kabupaten OKI karena ada beberapa titik di sana yang besar. Luasannya belum diketahui,” ujar dia, Kamis (5/9).
Meskipun konsentrasi ISPU PM10 BMKG selalu real time, Ansori berujar, sesuai peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BPBD mengacu pada pantauan kualitas udara yang ada di Kementerian LHK. Ada perbedaan hasil pantauan dari BMKG dengan Kementerian LHK.
“Dari hasil laporan ISPU Dinas Lingkungan Hidup kemarin, PM10-nya 42 mikrogram. Itu masih kategori baik,” kata dia.
Terkait dengan upaya pemadaman, BPBD menurunkan empat helikopter pembom air (water bombing) dengan tujuan pemadaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di OKI. “Memang kondisi di lapangan banyak terjadi kebakaran lahan, paling dominan di OKI. Upaya pemadaman darat dan water bombing terus dilakukan. Sebagian besar yang terbakar di OKI itu di lahan gambut kedalamannya beragam dari 1 sampai 3 meter,” kata dia.
Kabut asap di Palembang pada Kamis (5/9) semakin terasa pekat. Bukan hanya mengganggu jarak pandang, tetapi juga mengganggu pernafasan masyarakat di Kota Palembang.
Berdasar catatan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, jarak pandang terendah pada Kamis pagi yakni 300 meter. “Pengamatan kita, jarak pandang terendah di Bandara SMB II Palembang yakni 300-500 meter. Bahkan ada satu jadwal penerbangan pagi yang ditunda,” kata Kepala Seksi Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi SMB II BMKG Palembang Bambang Beny Setiaji.
Ia mengatakan, kondisi seperti ini berpotensi terus berlangsung dikarenakan berdasarkan model prakiraan cuaca BMKG tidak ada potensi hujan hingga tanggal 11 September 2019 di wilayah Sumsel. Menurutnya, setelah terbit matahari keadaan udara akan relatif stabil sehingga kabut maupun asap akan terangkat naik dan jarak pandang akan menjadi lebih baik.
Berdasarkan pantauan kualitas udara berdasarkan konsentrasi partikulat (PM10) BMKG, titik tertinggi di Palembang mencapai 202,37 mikrogram pada Kamis (5/9) pukul 07.00 WIB. Konsentrasi pm10 menurun hingga menjelang siang hari yakni 195,78 mikrogram pada pukul 08.00 dan 153,82 mikrogram pada pukul 09.00 WIB. Diketahui, ambang batas tidak sehat konsentrasi pm10 yakni 150-250 mikrogram.
Kabut asap yang terjadi di Palembang merupakan dampak dari kebakaran hutan dan lahan yang terjadi disejumlah titik di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Beberapa diantaranya yakni di Kecamatan Pampangan, Tulung Selapan, Cengal, Mesuji dan Pematang Panggang yang terjadi sejak Rabu (4/9).