Jumat 06 Sep 2019 08:55 WIB

Polisi Selidiki Penyebab Tawuran di Manggarai

JPO Jayakarta ditutup sementara untuk mencegah bentrok susulan.

Rep: Antara/ Red: Bilal Ramadhan
Tawuran warga di Manggarai, pasar Rumput mengakibatkan rusaknya fasilitas umum dan lalu lintas di Jl Sultan Agung berhenti total akibat peristiwa tersebut.
Foto: Antara
Tawuran warga di Manggarai, pasar Rumput mengakibatkan rusaknya fasilitas umum dan lalu lintas di Jl Sultan Agung berhenti total akibat peristiwa tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Jajaran Polsek Metro (Polsektro) Setiabudi belum mengetahui penyebab pasti pecahnya tawuran warga di Manggarai, Jakarta Selatan. Hingga kini, masih dilakukan penyelidikan dengan meminta keterangan sejumlah warga, lurah, serta RT dan RW setempat.

"Sampai detik ini, tidak ada yang tahu. Ada yang bilang dari zaman dahulu mereka sudah begitu (bentrok), kadang saling ledek lewat WA juga bisa saling serang. Kondisi yang sesungguhnya belum tahu, dari zaman dahulu sudah bermusuhan," kata Kapolsek Metro Setiabudi AKBP TP Simangunsong, Kamis (5/9).

Tawuran yang terjadi di Manggarai melibatkan tiga kelompok warga, yakni warga Tambak, Jakarta Pusat; warga Megazen, Tebet, Jakarta Selatan; dan warga Menteng Tenggulun, Jakarta Pusat. Simangunsong menyebutkan warga Tambak, Jakarta Pusat, bergabung dengan warga Megazen, Tebet, Jakarta Selatan, ingin menyerang warga Menteng Tenggulun, Jakarta Pusat.

Pada saat tawuran warga membawa senjata tajam dan saling lempar batu. Jumlah warga yang tawuran sekitar 300 orang. Simangunsong menyebutkan, hingga saat ini, belum ada warga yang diamankan terkait tawuran tersebut.

Pihaknya, lanjut dia, masih melakukan upaya-upaya pengamanan di lapangan guna mencegah terjadinya peristiwa serupa. "Ini wilayah kami, kami jaga ketat untuk meminimalkan. Kami lakukan upaya preventif jangan sampai terjadi pertemuan ketiga kubu ini. Jadi, pertahanan kami pukul mundur ke wilayah masing-masing sehingga tidak berhadapan satu per satu," katanya.

Simangunsong memastikan situasi saat ini di wilayah tersebut aman dan kondusif, baik arus lalu lintas maupun perjalanan kereta api. Pascatawuran, Polsektro Setiabudi juga memanggil para lurah serta RT dan RW untuk meningkatkan pengawasannya di masing-masing wilayah guna mencegah terjadinya kejadian serupa.

Polsektro Setiabudi juga mengoptimalkan patroli keliling serta penjagaan di posko terpadu yang melibatkan tiga pilar, yakni Polri, TNI, dan Satpol PP dari unsur kecamatan. Simangunsong mengatakan, akan ada pertemuan antara warga dengan camat dan lurah untuk mengatasi tawuran yang melibatkan tiga kelompok warga di Manggarai.

Sebelumnya, tawuran Manggarai terjadi melibatkan tiga kelompok warga, yakni warga Tambak, Jakarta Pusat, bergabung dengan warga Megazen, Tebet, Jakarta Selatan, bersama-sama menyerang warga Menteng Tenggulun, Jakarta Pusat, pada Rabu (4/9) lalu.

Tawuran pecah di wilayah perbatasan antara ketiga wilayah, yakni di wilayah hukum Polsektro Setiabudi, tepatnya di atas rel kereta api dan jembatan penyeberangan orang (JPO) Jayakarta. Bentrok berhasil diredam aparat dengan memukul mundur massa ke wilayah masing-masing menggunakan gas air mata.

Sementara itu, Kepala Biro Humas dan Protokol Sekretariat Utama Badan Narkotika Nasional (BNN) Kombes Pol Sulistyo Pudjo mengatakan, kecil kemungkinan pengedar narkoba merekayasa aksi tawuran sebagai modus untuk mengelabui aparat.

"BNN perlu melihat dasar dari itu, apakah ada penelitian atau tidak. Bisa juga orang mengelabui masuknya narkoba melalui pintu masuk, bukan di kampung, tapi pantai atau pelabuhan. Pintu-pintu besar," kata Sulistyo.

Menurutnya, modus pengedar mengelabui aparat dengan merekayasa kejadian tawuran antarwarga belum dikaji secara kualitatif maupun kuantitatif. Karena pasar narkoba dengan konsumen di lingkungan perkampungan hanya melibatkan barang bukti berskala kecil. Tapi, Sulistyo membenarkan, pelaku tawuran lekat dengan konsumen penyalahgunaan narkoba, khususnya jenis narkoba yang mengandung analgesik penghilang rasa sakit.

Analgesik, kata dia, merupakan kelompok obat yang sering digunakan medis untuk meredakan nyeri saat proses bedah. Namun, tidak jarang produsen narkoba mencampurnya dengan jenis narkoba tertentu berwujud sintetis ataupun nonsintetis.

"Jenis narkoba ini juga disalahgunakan untuk perkelahian antarkampung. Pelaku tawuran bisa jadi pasar karena mereka jadi lebih berani, logika menurun saat berhadapan dengan musuh," ujar dia.

JPO Ditutup

Sehari pascatawuran warga di Manggarai, Jakarta Selatan, Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Jayakarta ditutup oleh warga, Kamis. Penutupan ini dengan alasan mencegah terjadinya bentrokan susulan.

Jembatan membentang sepanjang 40 meter di atas Kali Ciliwung itu menghubungkan permukiman Menteng Tenggulun, Jakarta Pusat, dengan Jalan Sultan Agung, Manggarai, Jakarta Selatan. Pintu pagar yang ada di dua sisi wilayah itu ditutup dan diikat dengan kawat, sehingga warga tidak bisa melintas.

JPO yang dibangun Pemprov DKI Jakarta ini biasanya dibuka setiap hari dan baru ditutup sekitar pukul 23.00 WIB. "Imbas kemarin, jadi pagar ditutup sama warga diikat pakai kawat, katanya cegah supaya enggak ada yang coba-coba masuk," kata petugas Pospol Subsektor Pondok Rumput Aiptu Dhani saat ditemui di Pospol Subsektor Pondok Rumput.

Sejak dibangun, JPO Jayakarta jadi alternatif warga untuk melintas dan beraktivitas jalan kaki. Selain JPO ini, ada jembatan lain yang cukup besar bisa dilalui kendaraan bermotor, tapi jaraknya cukup jauh dari Pondok Rumput.

Akibat penutupan jembatan ini warga terpaksa menggunakan akses jalan lain yang berada cukup jauh. Tak jarang, ada juga warga yang nekat melintas dengan cara memanjat pagar dan pintu JPO yang berwarna putih tersebut.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement