REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, pendidik dituntut tidak hanya mentransfer ilmu atau sekadar berorasi di depan kelas. Pendidik perlu berperan lebih banyak dalam menyiapkan siswa menghadapi tantangan kompetisi di era Revolusi Industri 4.0.
"Satuan pendidikan harus menyiapkan kompetensi yang diperlukan dalam menghadapi Industri 4.0," kata Sultan saat menyampaikan orasi ilmiah dalam acara penganugerahan gelar doktor honoris causa (HC) Bidang Manajemen Pendidikan Karakter Berbasis Budaya di Auditorium Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Kamis.
Pendidik, menurut Sultan, harus memiliki tanggung jawab untuk membawa siswanya bertahan pada kehidupan yang akan datang dengan keterampilan masa depan karena Revolusi Industri 4.0 muncul dengan menekankan pembaruan serbateknologi. Sultan mengatakan, Revolusi Industri 4.0 atau Revolusi Industri Generasi ke empat menitikberatkan pola digitalisasi dan otomasi di semua aspek kehidupan manusia.
Di mata Sultan, saat ini banyak pihak yang belum menyadari akan adanya perubahan tersebut, terutama di kalangan pendidik.
"Padahal semua itu adalah tantangan generasi muda atau generasi milenial saat ini yang harus dibimbing dan diarahkan oleh para pendidik kita," kata Sultan.
Skill masa depan yang perlu dimiliki para siswa untuk menghadapi pembaruan serbateknologi, menurut Sultan, di antaranya mencakup digital economy (digitalisasi ekonomi), artificial intelligence (kecerdasan buatan), big data (data dalam skala besar), dan robotic (pemakaian robot sebagai tenaga kerja). Para pendidik pun dituntut untuk mampu melahirkan subjek didik yang terus menjadi manusia pembelajar.
"Tentunya pola pendidikan djadoel kini menjadi kurang relevan untuk diterapkan pada generasi sekarang yang terkena dampak langsung Revolusi Industri 4.0," kata Sultan yang Raja Keraton Yogyakarta ini.
Tanggung jawab para pendidik, menurut dia, juga diperlukan mengingat dampak dari Revolusi Industri 4.0 diprediksi akan menghilangkan beberapa jenis pekerjaan karena digantikan sistem komputerisasi atau digital. Sultan menyebutkan, berdasarkan studi yang dilakukan oleh McKinsey Global Institute di 46 negara, ditemukan bahwa lebih dari 800 juta pekerjaan akan tergantikan dengan adanya automasi.
"Hal ini menjadi tantangan dari para generasi muda dan lembaga pendidikan ke depan. Karena itulah sistem pendidikan juga harus mampu menyesuaikan dengan kondisi ini," kata Sultan.