REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah akan membangun sebanyak 400 jembatan layang (flyover) di sepanjang lintasan proyek Kereta Api Semicepat Jakarta-Surabaya.
"Kita sudah mendiskusikan dengan Komisi V DPR untuk melakukan penggabungan perlintasan sebidang dengan membangun 400 flyover," kata Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Zulfikri dalam diskusi yang bertajuk "Perlintasan Sebidang Tanggung Jawab Siapa?" di Jakarta, Jumat (6/9).
Ia menyebutkan terdapat 922 perlintasan sebidang, baik resmi, tidak resmi, maupun liar, sehingga harus dilakukan upaya agar perjalanan KA tidak terganggu. Perlintasan sebidang ini perlu ditangani mengingat KA harus melaju di kecepatan 160 kilometer per jam dengan target waktu tempuh Jakarta-Surabaya selama 5,5 jam yang tidak akan tercapai apabila terkendala lintasan. Zulfikri menyebutkan investasi untuk pembangunan 400 jembatan layang itu sebesar Rp10 triliun.
"Ini memang mahal. Kembali lagi, kami memikirkan keselamatan masyarakat perlu investasi cukup besar," ujarnya.
Saat ini kereta jarak jauh untuk relasi Jakarta-Surabaya memiliki kecepatan 90 kilometer per jam dengan waktu tempuh sembilan sampai 10 jam. Pembangunan proyek KA Semicepat Jakarta-Surabaya dimulai pada 2021 mendatang dan saat ini tengah dilakukan studi kelaikan oleh Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA) yang diperkirakan rampung Mei 2020.
Rencananya, KA akan menggunakan mesin diesel multiple unit (DMU) tipe 1067. Pembangunannya akan dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama akan dilakukan untuk jalur Jakarta-Semarang dan tahap kedua untuk jalur Semarang-Surabaya.
Dia menyebutkan lama konstruksi diperkirakan dua hingga tiga tahun dengan akan dibangun jalur KA baru sebagian berbentuk layang (elevated) untuk jalur yang melintasi perkotaan padat penduduk sepanjang 56 kilometer.
"Untuk 56 kilometer tadi akan dibangun elevated karena melintasi kota-kota. Sementara untuk di luar kota kita buat jalur biasa agar efisien," katanya.
Terkait nilai investasi, dia menyebutkan, hal itu tergantung hasil studi kelaikan dari Jepang, namun hitungan awal sekitar Rp70 triliun.