Sabtu 07 Sep 2019 03:03 WIB

Peristiwa Besar pada Bulan Muharram

Muharram termasuk bulan istimewa.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Agung Sasongko
Sejumlah peserta mengikuti pawai obor elektrik pada Jakarta Muharram Festival di Jalan MH Thamrin, Jakarta, Sabtu (31/8).
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah peserta mengikuti pawai obor elektrik pada Jakarta Muharram Festival di Jalan MH Thamrin, Jakarta, Sabtu (31/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Muharram termasuk bulan istimewa. Apalagi, Muharram merupakan bulan pertama atau pembuka dalam kalender Hijriyah. Satu Muharram diperingati sebagai Tahun Baru Islam. Ini ditandai dengan hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah pada 622 Masehi.

Banyak peristiwa besar yang terjadi pada bulan tersebut, terutama pada 10 Muharram. Maka, tidak heran bila 10 Muharram sering disebut sebagai hari bersejarah. Berdasarkan beberapa riwayat, ada beberapa peristiwa penting yang tercatat.

Pertama, yaitu bertobatnya Nabi Adam AS kepada Allah dari dosa-dosanya. Tobat tersebut pun diterima oleh-Nya. Kedua, berlabuhnya kapal Nabi Nuh AS di Bukit Zuhdi dengan selamat. Hal itu setelah terjadi banjir yang membinasakan umat Manusia. Peristiwa ketiga, selamatnya Nabi Ibrahim AS dari siksa Namrud. Sang Nabi dapat bebas dari kobaran api yang hendak membakar tubuhnya.

Keempat, Nabi Yusuf AS dibebaskan dari penjara Mesir karena terkena fitnah. Kelima, Nabi Yunus AS berhasil keluar dari perut ikan hiu. Adapun peristiwa keenam, yakni disembuhkanya Nabi Ayyub AS oleh Allah dari penyakitnya yang menjijikkan. Terakhir, selamatnya Nabi Musa AS bersama umatnya kaum Bani Israil dari kejaran Fir'aun di Laut Merah.

Sejarah menyebutkan, bangsa Arab pun sudah menghormati Muharram sebelum Nabi Muhammad SAW lahir. Istri Rasulullah Aisyah mengatakan, hari Asyura atau 10 Muharram merupakan hari orangorang Quraisy berpuasa di masa Jahiliyah, Rasulullah juga turut menjalankannya.

Setelah Baginda Nabi hijrah ke Madinah, beliau terus mengerjakan amalan tersebut. Bahkan, Rasulullah memerintahkan para sahabat supaya berpuasa Asyura pula. Setelah puasa Ramadhan diwajibkan, Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang menghendaki berpuasa Asyura, puasalah. Dan siapa yang tidak suka, boleh meninggalkannya."

Sahabat Rasul Ibnu Abbas meriwayatkan, ketika Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi di sana menjalankan puasa Asyura. Rasul lalu menanyakan alasan mereka. Puasa Asyura memiliki beberapa keutamaan. Dalam sebuah Hadis Riwayat (HR) Muslim, Rasulullah bersabda, "Nabi SAW ditanya tentang puasa hari Asyura, beliau menjawab: Puasa pada hari Asyura menghapuskan dosa setahun lalu."

Nabi juga bersabda, "Sesungguhnya shalat yang terbaik setelah shalat fardhu adalah shalat tengah malam dan sebaik-baiknya puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Allah yang kamu menyebutnya bulan Muharram."

Selain berpuasa, umat Islam pun diperintahkan memperbanyak sedekah, membantu anak yatim, sekaligus mengasihi orang miskin. Hal itu sesuai sabda Rasulullah, "Siapa yang meluaskan pemberian untuk keluarganya atau ahlinya, Allah akan meluaskan rizki bagi orang itu dalam seluruh tahunnya." 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement