REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO— Pagelaran budaya tahunan Grebeg Sura Baturraden 2019 akan digelar pada 22 September.
"Kegiatan tersebut diharapkan dapat menarik minat kunjungan wisatawan ke Kawasan Wisata Baturraden, baik Lokawisata Baturraden yang dikelola Dinporabudpar maupun Wana Wisata Baturraden yang dikelola PT Palawi," kata Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyumas, Asis Kusumandani, di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jumat (6/9).
Berbeda dengan pagelaran tahun sebelumnya, Dia mengatakan, Grebeg Sura Baturraden 2019 akan diawali dengan kemah Sura pada 21 sampai 22 September di Bumi Perkemahan Wana Wisata Baturraden.
Selain itu, dia melanjutkan, masyarakat akan ikut menyumbangkan gunungan untuk diperebutkan dalam Gebreg Sura Baturraden, yang biasanya disediakan desa-desa penyangga Kawasan Wisata Baturraden.
"Jadi, siapa yang mendukung Baturraden, ya silakan, apakah dari sponsor atau yang lain, asalkan sudah dalam bentuk barang atau gunungan, bukan berupa uang," katanya.
Dalam kesempatan terpisah, staf pemasaran PT Palawi Risorsis Unit Wana Wisata Baturraden, Sista, menjelaskan bahwa Kemah Sura bertajuk Camping Grebeg Suro Onediselenggarakan di Bumi Perkemahan Wana Wisata Baturradenyang merupakan titik awalpemberangkatan kirab gunungan dalam rangkaian kegiatan Grebeg Suran Baturraden. "Jadi, peserta kemah nantinya bisa mengikuti acara tersebut sejak awal," katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua Paguyuban Kawula Surakarta(Pakasa) Kabupaten Banyumas, Joko Wiyono, mengatakan bahwa paguyubannya pada 23 September akan mengadakan acara seserahan kepada leluhur dalam rangkaian kegiatan Grebeg Sura Baturraden 2019.
"Kegiatan ini akan dihadiri Gusti Menur dan Gusti Kanjeng Ratu Alit dari Keraton Kasunanan Solo yang akan menyerahkan semacam sesaji," kata Joko, yang juga Kepala Bagian Humas dan Protokol Sekretariat Daerah Banyumas.
Grebeg Sura Baturraden biasanya diawali dengan kirab dari Wana Wisata Baturraden menuju Lokawisata Baturraden. Kirab itu diikuti barisan pembawa tombak Ki Bau Reksa dan Ki Singkir Kala disusul barisan rontek, pembawa gunungan, serta pembawa jolen berisi tumpeng kuat, tumpeng robyong, dan tumpeng triwarna.
Selain itu, ada pembawa wedhus kendhit (kambing hitam dengan warna putih melingkar seperti ikat pinggang pada bagian perut), pembawa belisan, dan barisan pembawa tenong beserta.
Sesepuh masyarakat kemudian akan melantunkan doa dengan harapan masyarakat sekitar Gunung Slamet selalu diberi keselamatan, keberkahan, dan kemakmuran oleh Tuhan.
Setelah pembacaan doa, gunungan yang diarak diperebutkan oleh masyarakat yang hadir, sedangkan tumpeng robyong dan tumpeng triwarna akan dilarung di Sungai Gumiwang yang berada di tengah Lokawisata Baturraden usai penyembelihan wedhus kendhit di kompleks pemakaman petilasan atau situs Baturraden. Sementara nasi beserta lauk yang dibawa menggunakantenong dimakan bersama oleh masyarakat dan wisatawan usai rangkaian kegiatan.