REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Badan Karantina Pertanian (Barantan) melepas ekspor 240 kilogram salak Tasikmalaya ke Cina awal musim panen pada 2019, Sabtu (7/9).
Produk hortikultura yang dinilai banyak diminati pasar dunia itu akan mulai memasuki masa panen pada September hingga November.
"Semoga bisa mencapai target ekspor. Jika ada kesulitan pada persyaratan teknis ekspor, jangan ragu-ragu hubungi petugas Karantina," kata Kepala Barantan Ali Jamil, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (7/9).
Jamil menjelaskan, kunjungan kerja itu dilakukan untuk memastikan layanan pemeriksaan karantina di gudang pemilik dengan inline inspection telah berjalan dengan baik. Pihaknya juga ingin mendengar masukan langsung dari para pelaku usaha.
Menurut dia, selaku fasilitator perdagangan produk pertanian, Baratan akan terus melakukan inovasi layanan. Dengan begitu, pelaku usaha dalam negeri dapat bersaing di pasar global.
Kepala Karantina Pertanian Bandung, Iyus Hidayat, mengatakan data eksportasi salak di wilayah kerjanya pada 2018 tercatat sebanyak 299,4 ton dengan nilai mencapai Rp 5 miliar. Dia berharap, ekspor perdana di awal musim panen ini dapat mencapai target tahunan hingga akhir musim panen.
Pada saat yang bersamaan, dilepas juga ekspor produk olahan kayu berupa barecore dengan volume sebanyak 1.004 metrik ton dari tuga perusahaan, yaitu PT Bineatama Kayone Lestari, PT Albasi Nusa Karya dan CV Sandi Persada. Ekspor itu bernilai Rp 3,1 miliar dengan tujuan Cina.
Untuk produk olahan kayu ini, lanjut dia, terdapat tren peningkatan. Ekspor olahan kayu pada 2018 sebanyak 73,9 ribu metrik ton dengan nilai Rp 197 miliar.
Sementara hingga Agustus 2019 tercatat 59,5 ribu metrik ton dengan nilai Rp. 161,9 miliar. "Harapannya hingga akhir tahun dapat meningkat dengan signifikan," kata Iyus.