REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah jadi pesan Proklamator dan Presiden Soekarno. Ajakan yang digaungkan melalui pidato HUT RI 17 Agustus 1966 itu patut dijadikan motivasi.
Dandim 0734/Yogyakarta, Kolonel Arh Zaenudin mengatakan, itu bisa jadi motivasi kita semua untuk memajukan bangsa. Itu disampaikan di sela-sela napak tilas Kerajaan Mataram Islam dan ziarah makam raja-raja Mataram.
Ia menilai, Kerajaan Mataram Islam merupakan salah satu kerajaan yang turut mewarnai berdirinya bangsa Indonesia. Perjalanan sejarahnya mengandung nilai-nilai luar biasa dan begitu bermakna.
Baik sosial budaya, pendidikan maupun aspek-aspek lain kehidupan berbangsa dan bernegara. Karenanya, Zaenudin mengajak perwira-perwira di Kodim 0734 menggali nilai-nilai sejarah Kerajaan Mataram Islam.
"Anggota Kodim, khususnya perwira-perwira, perlu melakukan napak tilas ke Kerajaan Mataram Islam yang salah satunya dengan melakukan ziarah ke makam raja-raja Mataram," kata Zaenudin di Kotagede Yogyakarta, Jumat (6/9).
Lebih lanjut, ia menjelaskan, Kodim 0734/Yogyakarta bertanggung jawab terhadap pembinaan wilayah. Khususnya, Kota Yogyakarta yang merupakan pusat kerajaan Mataram yang masih ada sampai hari ini.
Zaenudin berpendapat, seluruh personel Kodim 0734/Yogyakarta harus memahami sejarah Mataram. Apalagi, banyak cara yang dapat dilakukan untuk memahami sejarah, salah satunya ziarah ke makam raja-raja itu.
Ia merasa, di sana semua dapat belajar dengan mendengarkan Juru Kunci, Mbah Suratijan, yang menceritakan secara lengkap Panembahan Senopati. Beliau merupakan Raja Mataram 1 bernama asli Danang Sutawijaya.
"Saya meyakini pendekatan budaya merupakan salah satu metode yang cukup efektif dalam pembinaan teritorial," ujar Zaenudin.
Lewat pemahaman sejarah, ia menilai, kita bisa memetik nilai-nilai dan hikmah di balik sejarah tersebut, baik positif maupun negatif. Bahkan, berkesempatan langsung mengenakan pakaian adat Yogyakarta.
Selain itu, rombongan mengunjungi Pemandian Sendang Seliran, yang dulunya menjadi tempat pemandian keluarga raja-raja Mataram Islam. Kemudian, kegiatan ditutup shalat ashar berjamaah.