BOGOR, AYOBANDUNG.COM -- Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor yang bekerja sama dengan Jo Colas Rail dan Iroda Mitra akan memulai studi kelayakan pengoperasian trem. Dalam waktu sembilan bulan, perusahaan yang juga mengerjakan Light Rail Transit (LRT) di Jabodetabek itu ditarget akan menyelesaikan kajian ilmiahya.
"Kita mulai tahapan pembangunan trem di Kota Bogor. Nanti hasil kajiannya menentukan langkah pembangunan, jalurnya, kelaikan jalan, kapasitas jalan, daya angkut, lebar dan panjang rel, serta pembiayaannya," ujar Wali Kota Bogor, Bima Arya, Sabtu (7/9/2019).
Ia menambahkan, trem yang merupakan transportasi massal ini dipilih sebagai alternatif untuk mengurai kemacetan di Kota Bogor, khususnya di pusat kota. Sebab diperkirakan dalam dua tahun ke depan, LRT Jabodetabek akan masuk ke Terminal Baranangsiang.
"Diprediksi ribuan orang dipastikan datang dan pergi menggunakan LRT yang setiap lima menit berangkat dan hanya membutuhkan waktu 40 menit untuk sampai Jakarta dari Bogor. Jadi, kalau ke Terminal Baranangsiang naik kendaraan pribadi semua pasti macet total. Maka perlu feeder system-nya. Ya trem ini," ujarnya.
Ia menuturkan, keberadaan trem ini tidak akan keluar dari konsep heritage city yang selama ini digaungkan Pemkot Bogor. Dan memastikan studi kelayakan ini juga tidak akan menggunakan APBD sama sekali. Pasalnya studi kelayakan ini dikerjakan langsung Jo Colas Rail dan Iroda Mitra.
"Sambil menunggu kajian, kami juga akan berkoordinasi dengan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) untuk anggaran pembangunan dan lain-lain," ungkapnya.
Pemkot Bogor, tambah Bima, akan menerima hibah 24 set trem dari Belanda. Meski begitu, Bima tidak menutup kemungkinan akan mendatangkan trem baru sebagai alternatif moda transportasi massal baru di Kota Bogor.
"Ada 24 trem hibah, tapi bisa juga tambah yang baru. Masih terbuka lah. Ini kan masih dikaji," katanya.
Sementara itu, Director Asia Fasifik Jo Colas Rail, Jerome Bellemin menyambut baik kerja sama ini. Diharapkan, hasil studi kelayakan nanti bisa menjadi solusi yang tepat bagi persoalan transportasi di kota hujan.
“Ini membuat kami tertarik untuk mengkaji pekerjaan ini. Kita sudah bekerja di Indonesia. Dan sekarang kita punya teknisi di Indonesia untuk meneruskan projek ini di Indonesia. Trem ini baru pertama kali di Indonesia,” ujar Jerome.