REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Masjid Jogokariyan memang sudah sejak lama menjadi teladan masjid-masjid lain. Tidak cuma masjid-masjid yang ada di sekitaran Kota Yogyakarta, tapi masjid-masjid besar di Indonesia.
Daya pikat untuk masyarakat Subuh berjamaah setiap hari, pengelolaan keuangan dengan kas nol rupiah, dan ATM beras menjadi contoh-contoh kecil keunikan Masjid Jogokariyan. Tapi, kesohor seantero Nusantara.
Bagi Ketua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan, Ustaz Muhammad Jazir ASP, memadupadankan keislaman, kebudayaan, dan keindonesiaan menjadi kunci utama. Bahkan, senyum Masjid Jogokariyan dibawa Jazir ke mana-mana.
Ketika mengisi Pelatihan Manajemen Masjid-Masjidku Hasanahku di Hotel Tentrem Yogyakarta pada Sabtu (7/9), misal. Jazir hadir mengenakan koko batik dan peci batik khas Kampung Jogokariyan.
Hal itu tampak diikuti jamaah Masjid Jogokariyan. Dalam kegiatan yang berlangsung hampir setengah hari, 08.00-17.00 WIB, setidaknya peci batik khas, dikenakan hampir semua rombongan Masjid Jogokariyan.
Tidak cuma lewat aksesoris, senyum ditunjukkan melalui perilaku. Ketika coffe break, misal, saat orang-orang asik menyantap makanan dan minuman, Ustaz Jazir justru terlihat sibuk mendatangi meja-meja.
"Assalamualaikum, saya Jazir dari Masjid Jogokariyan," kata Ustaz Jazir ke hampir setiap meja yang ada Ballroom Hotel Tentrem kala itu.
Hal itu terus dilakukan walau orang-orang yang didatangi tentu sudah mengenal. Bukan cuma karena Jazir menjadi pengisi materi, Ustaz Jazir dan Masjid Jogokariyan sendiri memang sudah kesohor di Indonesia.
Tidak heran, setiap kali mendatangi meja-meja, ia harus melayani permintaan foto jamaah-jamaah yang datang dari berbagai daerah itu. Satu demi satu meja dihampiri, sebelum akhirnya MC memulai kegiatan.
Pada kesempatan itu, pujian dilontarkan pengisi-pengisi materi lain. Pendiri Masjid Suciati Saliman di Sleman, Suciati Saliman, misalnya, mengaku memang belajar dari Masjid Jogokariyan dan Ustaz Jazir.
"Mengadopsi manajemen Masjid Jogokariyan, saya yang awalnya tidak tahu tentang masjid, sedikit-sedikit sudah bisa berjalan," kata Suciati.
Senada, pendiri Masjid Akbar Moed'har Arifin di Gresik, Achmad Djauhar Arifin, mengaku banyak belajar dari Masjid Jogokariyan. Termasuk, kepada Ustaz Jazir secara langsung.
"Saya ini sudah jadi mualafnya Pak Jazir sejak lama untuk bangun masjid," ujar Djauhar.
Dalam materinya, Jazir mengingatkan, penting bagi pengurus-pengurus masjid memaksimalkan keberadaan masjid itu sendiri. Utamanya, bagi masyarakat sekitar yang disebut sebagai tanggung jawab.
Artinya, lanjut Jazir, masjid tidak boleh cuma menjadi tempat ibadah dan ditinggalkan tanpa memberi manfaat lain. Masjid, dikatakan harus mampu menjadi pusat aktivitas, bahkan pusat penghidupan masyarakat.
"Terus tularkan gagasan-gagasan positif biar masyarakat merasakan manfaat masjid, dampak positifnya masjid mendapat kepercayaan dari masyarakat," ujar Ustaz Jazir.