REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Angkutan Multi Moda Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Ahmad Yani, mengatakan pada 2020 Thailand menargetkan taksi listrik yang beroperasi di negeri gajah putih itu bakal mencapai 25 ribu unit. Untuk itu dia meminta kepada pelaku usaha di dalam negeri mempelajari skema bisnis yang dilakukan Thailand.
“Makanya, mereka (Thailand) taksinya mau 25 ribu unit, kita minta pelaku usaha coba pelajari. Kira-kira nanti masukan apa yang bisa disampaikan ke pemerintah, kita usahakan di-follow up,” kata Yani, di Jakarta, Ahad (8/9).
Seperti diketahui, pemerintah mencanangkan pengembangan mobil listrik menyusul ditekennya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor untuk Transportasi Jalan pada 8 Agustus 2019. Di sisi Kemenhub, insentif nonfiskal juga tengah dikaji untuk dipersiapkan agar pelaku usaha maupun konsumen mobil listrik lebih memilih kendaraan listrik guna meminimalisasi emisi zat buang (CO2).
Direktur Utama Blue Bird Noni Purnomo mengatakan, sejauh ini Blue Bird baru memiliki 25 unit mobil listrik dengan tipe BYD e6 A/T dan 4 unit mobil listrik dengan tipe Tesla X 75D A/T. Pihaknya memang masih memprioritaskan ketersediaan mobil listrik di Badara Soekarno Hatta sebagai pintu gerbang masuk Indonesia.
“Kita memang prioritaskan yang di bandara dulu, ini juga menjadi yang pertama di Asia di mana mobil listriknya ada di airport,” ujarnya.
Hanya saja dia mengakui jika dibandingkan dengan Thailand, ketersediaan taksi listrik Indonesia masih minim. Menurut dia target penyediaan taksi listrik di Thailand didukung penuh oleh pemerintahnya yang memberikan subsidi besar-besaran.
Hanya saja dia masih belum mengetahui lebih jauh subsidi apa saja yang dimaksud. Blue Bird, menurutnya, akan mempelajari lebih jauh terkait rencana masif ketersediaan taksi listrik di Thailand mengingat harga per unit kendaraan tersebut tak murah.
Sebagai perbandingan berdasarkan catatannya, harga mobil listrik lebih mahal 5-6 kali lipat dibanding mobil konvensional. Harga mobil listrik dengan tipe BYD e6 A/T dibanderol sebesar Rp 600 juta per unit, sedangkan harga mobil listrik dengan tipe Tesla X 75D A/T sebesar Rp 2,5 miliar per unit.
“Ya jadi kami harapkan dari sisi dalam negeri ada insentif yang diberikan, karena mobil listrik kan belum bisa diproduksi di sini. Kami harus impor dan itu biayanya mahal sekali,” pungkasnya.
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement