REPUBLIKA.CO.ID, KASHMIR -- Ayah dari seorang remaja yang terbunuh di Kashmir menuntut keadilan bagi putranya. Para saksi mengatakan sang anak ditembak oleh peluru dan gas air mata pasukan keamanan India.
Asrar Ahmad Khan, digambarkan oleh ayahnya sebagai remaja yang pemalu dan rajin belajar. Ia meninggal pekan lalu, tepat 11 hari sebelum hari ulang tahunnya yang ke-18. Asrar menghabiskan waktu hampir sebulan di rumah sakit, tempat dia dirawat karena cidera yang dideritanya selama insiden pada 6 Agustus 2019.
Pada Rabu (4/9) lalu, para pejabat mengatakan remaja itu dipukul oleh sebuah batu yang dilemparkan oleh para demonstran.
Sepupu Asrar, yang hadir pada saat itu, mengatakan tidak ada batu yang dilempar di daerah itu. Keluarga mendapat catatan yang memperlihatkan ada peluru, cangkang, dan ledakan-ledakan sebagai penyebab kematian.
Penasehat Keamanan Nasional India, Ajit Doval mengatakan pada Sabtu (7/9) bahwa kematian Asrar sangat disayangkan.
Beberapa media massa juga telah mendokumentasikan akun-akun dari beberapa keluarga lain, yang mengaku kerabat mereka meninggal karena tindakan pasukan keamanan. Tidak jelas apakah pihak berwenang India telah mengubah posisi mereka, mengenai kondisi Asrar sebelum meninggal.
Ayah Asrar, Firdaus Ahmad Khan menginginkan hukuman berat untuk pembunuh putranya. “Pemerintah adalah pembohong. Dia tidak dilempar batu tetapi mereka membunuhnya,” kata dia kepada the Guardian pekan lalu.
Puluhan ribu pasukan tambahan dikerahkan ke Kashmir, menjelang pencabutan status khusus kawasan itu pada 5 Agustus 2019. Jam malam juga diberlakukan secara ketat, dan ini untuk mencegah kerusuhan.
Layanan seluler dan internet tetap ditangguhkan di rumah bagi sekitar 7 juta orang di Lembah Kashmir. Hanya beberapa sambungan telepon rumah yang telah dipulihkan. Kemudian ribuan orang dilaporkan telah ditahan.