REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD – Pemerintah Pakistan mendesak Amerika Serikat (AS) dan Taliban melanjutkan kembali perundingan serta pembicaraan damai. Islamabad menilai tidak ada solusi militer untuk konflik di Afghanistan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Pakistan Mohammad Faisal mengaku menyayangkan keputusan Presiden AS Donald Trump membatalkan pertemuan dengan para pemimpin Taliban di Camp David, Maryland. Dia meminta semua pihak menahan diri dan mengejar proses dialog.
“Pakistan akan terus memantau perkembangan dan menegaskan kembali sikap kebijakan berprinsipnya bahwa tidak ada solusi militer untuk konflik Afghanistan dan mendesak agar kedua belah pihak (AS-Taliban) kembali terlibat untuk menemukan perdamaian yang dinegosiasikan dari proses penyelesaian politik yang sedang berlangsung,” kata Faisal dalam sebuah pernyataan pada Ahad (8/9), dikutip laman Anadolu Agency.
Dia menegaskan bahwa Pakistan telah memfasilitasi proses perdamaian serta rekonsiliasi Afghanistan. Pakistan, yang notabene tetangga Afghanistan, melihat apa yang dilakukannya sebagai tanggung jawab bersama. Oleh sebab itu, ia mendorong semua pihak tetap terlibat dengan ketabahan dan ketulusan.
Trump diketahui telah membatalkan agenda pembicaraan damai dengan para pemimpin Taliban di Camp David, Maryland, pada Sabtu (7/9). Alasan di balik keputusan itu adalah karena Taliban mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom yang terjadi di Ibu Kota Afghanistan Kabul sekitar dua pekan lalu.
Sebanyak 12 orang meninggal dalam insiden tersebut, satu di antaranya adalah tentara AS. Setelah membatalkan pembicaraan dengan Taliban, Trump mengungkapkan rencana untuk bertemu Presiden Afghanistan Ashraf Ghani.
Sejak tahun lalu, AS telah menjalin negosiasi dengan Taliban. Permasalahan utama yang mereka bicarakan adalah tentang penarikan pasukan AS dari Afghanistan. Militer AS diketahui merupakan sekutu utama Pemerintah Afghanistan dalam memerangi Taliban.
Selain melatih para tentara Afghanistan, militer AS kerap melakukan serangan udara ke basis-basis kekuasaan Taliban. Militer AS telah berada di sana selama sekitar 18 tahun.