Senin 09 Sep 2019 12:35 WIB

Turki Mulai Gelar Operasi Gabungan di Suriah

Turki bersama militer AS membentuk zona aman di wilayah yang dikuasai Kurdi di Suriah

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Tentara Turki
Foto: Huffington Post
Tentara Turki

REPUBLIKA.CO.ID, AKCAKALE -- Kendaraan militer Turki menyeberang ke Suriah. Mereka mulai menggelar patroli gabungan dengan militer Amerika Serikat (AS) untuk membentuk 'zona-aman' yang di perbatasan dengan Suriah yang dikuasai pasukan Kurdi.

Kendaraan militer berbendera Turki terlihat bergabung dengan kendaraan berbendera AS. Masuk ke sekitar 15 kilometer ke timur perbatasan antara Akcakale, Turki dengan Tel Abyad, Suriah. Dua helikopter militer terbang menuju selatan selama beberapa jam sebelum kembali Turki.

Baca Juga

Patroli darat yang dikecam Damaskus itu menandai kerja sama antara sekutu NATO di timur Eufrat. Masih ada pertanyaan sekitar luas dan pengawasan di zona aman tersebut.

Sikap saling percaya dua sekutu NATO dalam perang delapan tahun di Suriah itu retak. Presiden Turki Tayyep Erdogan mengatakan negaranya tidak memiliki tujuan yang sama dengan AS dan menolak untuk melindungi organisasi 'teroris' di zona aman itu.

Erdogan ingin sekali memukul mundur pasukan YPG Kurdi dari perbatasan Turki. Tapi selama empat tahun terakhir YPG didukung AS. Mereka mengusai sebagian besar timur laut Suriah yang direbut dari ISIS.  

"Kami menegosiasikan zona aman dengan AS, tapi kami lihat setiap langkah yang kami inginkan dan apa yang ada dalam pikiran mereka bukan hal yang sama," kata Erdogan, di depan pendukungnya di Malatya beberapa jam setelah patroli gabungan berakhir, Senin (9/9).

Ankara memasukkan YPG ke dalam daftar organisasi teror. Mereka mengatakan pasukan YPG memiliki koneksi dengan pemberontak Kurdi di Turki. Mereka juga ingin mengirim 1 dari 3,6 juta pengungsi Suriah di Turki ke zona aman yang berada di utara Suriah.

"Tampaknya sekutu kami ingin mencari zona aman untuk organisasi teroris, bukan untuk kami, kami menolak pemahaman macam itu," tambah Erdogan.

Ia menambahkan untuk dapat menempatkan para pengungsi Turki harus mengamankan seluruh kawasan. Salah satu saksi mata mengatakan dalam patroli itu para perwira Turki yang ditemani pasukan AS mendokumentasikan beberapa benteng YPG yang telah hancur.

Sebagian besar zona aman yang dikuasai YPG dihuni suku Arab. Saksi mata mengatakan para warga desa yang di sana menyambut dan melambaikan tangan ke pasukan Turki yang ikut dalam patroli gabungan.

Setelah negosiasi yang intensif, Turki dan AS juga membentuk pusat operasi gabungan dan menggelar patroli helikopter. Tapi mereka masih belum sepakat tentang seberapa dalam zona itu masuk ke Suriah dan tentang struktur komando yang beroperasi di sana.  

"(Patroli gabungan ini) menunjukkan komitmen kami untuk mengatasi masalah keamanan yang dikhawatirkan Turki, sementara juga membiarkan koalisi dan rekan SDF kami untuk fokus meraih kemenangan abadi atas ISIS," kata Gugus Tugas Operasi Gabungan AS.  

Turki juga terlibat di Idlib, barat laut Suriah. Deerah terakhir yang masih dikuasai pemberontak. Tempat di mana pasukan dan pos-pos pengawas mereka ditekan pasukan pemerintah Suriah yang didukung Rusia yang terus menekan mereka ke utara dalam beberapa bulan terakhir.

Eskalasi konflik dalam beberap pekan terakhir merenggangkan hubungan Turki dengan Rusia yang bersekutu dengan pemerintah Suriah. Menurut pemerintah Suriah patroli gabungan Turki-AS 'terangan-terangan melanggar' kedaulatan dan 'integritas wilayah' mereka.

Damaskus menuduh YPG berkerja sama dengan separatis. Tuduhan yang dengan tegas dibantah YPG.  

"(Patroli gabungan) itu bagian dari peta jalan untuk mencapai stabilitas dalam cara berkontribusi dalam mengejar (ISIS) dan mencabut akar mereka," kata SDF yang bagian dari YPG.

Banyak wilayah yang dihuni suku Arab diperkirakan akan masuk ke zona aman. Termasuk Tel Abyad, Ras al Ain dan beberapa desa suku Arab lainnya. Mereka  melarikan diri ke Turki karena takut di serang YPG atas tuduhan memiliki kedekatan dengan ISIS.

Pemimpin suku dan kelompok hak asasi manusia menuduh pasukan Kurdi telah mencegah suku Arab pulang ke rumah mereka. Di beberapa kasus rumah-rumah warga desa itu hancur atau disita. Tuduhan yang dibantah YPG dengan keras.

Pemimpin Kurdi mengatakan mereka sudah lama menjadi korban diskriminasi orang Arab. Kepala suku Arab yang kini tinggal di Turki, Sheikh Mudar al Assad mengatakan ia berharap setelah zona aman didirikan puluhan ribu orang Arab yang terlantar dalam kembali pulang.

"Kehadiran pasukan Turki ini wilayah ini akan meningkatkan harap kembalinya banyak orang yang diasingkan," kata al Assad.

Partai Erdogan kalah dalam pemilihan daerah tahun ini. Sebagian besar karena rakyat Turki sudah tidak sabar dengan pengungsi Suriah. Pada Ahad kemarin Erdogan kembali mengulang kata-katanya Turki akan bertindak sendiri jika pada akhir September mendatang zona-aman belum juga belum ditetapkan secara 'de-facto'. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement