REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG – Korea Utara (Korut) mengatakan bersedia memulai kembali perundingan denuklirisasi dengan Amerika Serikat (AS). Pyongyang siap melakukan hal itu pada akhir September ini.
Wakil Menteri Luar Negeri Korut Choe Son mengatakan tempat penyelenggaraan pembicaraan dapat disepakati kedua belah pihak. Namun ia menekankan bahwa AS perlu menghadirkan pendekatan baru jika tak menginginkan pembicaraan kembali berakhir tanpa kesepakatan.
“Saya ingin percaya bahwa AS keluar dengan alternatif berdasarkan metode perhitungan yang melayani kepentingan kedua belah pihak dan dapat diterima oleh kami,” kata Choe pada Senin (9/9).
“Jika pihak AS bermain dengan skenario lama yang tidak ada hubungannya dengan metode baru pada pembicaraan tingkat kerja yang akan diadakan setelah kesulitan, kesepakatan antara kedua belah pihak dapat berakhir,” ujar Choe.
Sebelumnya Presiden AS Donald Trump mengatakan pemimpin tertinggi Korut Kim Jong-un siap melanjutkan pembicaraan denuklirisasi. Namun dia tak menjelaskan kapan kira-kira pembicaraan itu akan berlangsung.
Pada Juli lalu, Trump dan Kim sempat bertemu di zona demiliterisasi Korea di Panmunjom. Suasana pertemuan terlihat cukup hangat. Trump bahkan sempat melintasi perbatasan dan memasuki wilayah Korut. Ia menjadi presiden AS pertama yang melakukan hal tersebut.
Perundingan denuklirisasi antara AS dan Korut yang berlangsung di Hanoi, Vietnam, pada Februari lalu diketahui berakhir tanpa kesepakatan. Hal itu disebabkan karena kedua belah pihak mempertahankan posisinya tentang penerapan sanksi.
Korut, yang telah menutup beberapa situs uji coba rudal dan nuklirnya, meminta AS mencabut sebagian sanksi ekonominya. Namun AS tetap berkukuh tak akan mencabut sanksi apa pun. Kecuali Korut telah melakukan denuklirisasi menyeluruh dan terverifikasi.