Warta Ekonomi.co.id, Jakarta -- Menjamurnya permintaan taksi online di seluruh dunia membuat banyak perusahaan ride hailing maupun startup berlomba-lomba menghadirkan kualitas layanan yang paling baik. Di Indonesia sendiri aplikasi seperti ini mulai booming semenjak kehadiran Gojek dan Grab. Tapi, gimana di negara lain, ya?
Belakangan ini kita dikisruhkan dengan ucapan bos Big Blue Taxi asal Malaysia yaitu Datuk Shamsubahrin Ismail yang mencaci perusahaan rintisan Tanah Air Gojek. Namun, untungnya ia langsung menarik ucapannya tersebut dan meminta maaf, mengutip dari Star Online.
Beberapa kalangan menganggap bahwa aksi Shamsubahrin Ismail tersebut terkait ekspansi Gojek ke Malaysia yang dikhawatirkan mengancam bisnisnya.
Baca Juga: Tiru Grab dan Gojek, Uber Ambil Langkah Ini di India
Terdapat beberapa alasan mengapa semakin hari semakin banyak operator maupun mitra pengemudi yang hadir memenuhi permintaan pasar. Namun yang paling mendasar paling gak ada tiga hal, yakni efisiensi waktu dan kemudahan mencari transportasi. Lalu, harga yang relatif lebih murah dan kenyamanan yang lebih baik dari transportasi umum lainnya juga jadi nilai tambah.
Dari sekian banyak aplikasi taksi online di dunia pasti ada yang terbesar dan mendapatkan untung paling banyak. Kira-kira siapa aja mereka?
1. Uber
Mengutip dari Infinite Cab, di urutan pertama ada aplikasi taksi online Uber yang beberapa waktu lalu sempat menjejakkan kakinya di Tanah Air. Tapi, karena persaingan yang ketat mereka terpaksa angkat kaki.
Uber sendiri merupakan perusahaan asal Amerika Serikat yang didirikan oleh Garrett Camp dan Travis Kalanick pada tahun 2009. Saat ini diperkirakan total keuntungannya mencapai Rp43 triliunan per tahun.
2. Lyft
Kedua, masih datang dari Amerika Serikat yakni Lyft yang didirikan oleh Logan Green dan John Zimmer pada tahun 2012.
Baca Juga: Alipay Gandeng Grab, Lyft, dkk, Kolaborasi Besar?
Layanan utama yang dimiliki oleh Lyft adalah taksi online yang terbagi dari beberapa kelas dan kebutuhan. Selain itu ada juga transportasi Scooter yang bisa dikendarai oleh masing-masing penyewa. Lyft sendiri tercatat meraup keuntungan pada tahun 2018 sebanyak Rp29 triliunan.
3. Gett
Ketiga, ada taksi online Gett yang didirikan oleh pengusaha asal Israel yakni Dave Waiser pada tahun 2010 lalu. Selain di negaranya sendiri, perusahaan ini udah berhasil berekspansi ke beberapa negara lainnya seperti Inggris, Rusia dan Amerika Serikat.
Baca Juga: Grab dan Gojek Jalan Tanpa Hukum di Thailand, Akhirnya Pemerintah Setempat Ambil Sikap!
Pada tahun 2016 Gett mendapatkan suntikan dana dari perusahaan otomotif Jerman Volkswagen sebesar Rp4,2 triliunan. Sedangkan, total keuntungan yang diraup oleh Gett tahun 2017 mencapai Rp14,1 triliunan.
4. Ola
Terakhir ada aplikasi taksi online Ola yang berada di negara India. Perusahaan ini didirikan oleh Bhavish Anggarwal pada 2010 dan udah tersebar di 100 kota di seluruh India.
Mirip seperti Uber dan Lyft, Ola menawarkan berbagai jenis transportasi mulai dari sedan, mobil pick up hingga truk untuk berbagai kebutuhan. Keuntungan yang diraih oleh Ola pada tahun 2018 mencapai Rp4,3 triliunan.